Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Artikel Utama

2 Versi Pelaris dalam Usaha Makanan, Mana Lebih Bagus?

5 Januari 2023   08:06 Diperbarui: 12 Januari 2023   03:40 1828
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi menjual makanan oleh SOFCOR dari pixabay.com

Setelah tuntas membagikan keripik, saya nongkrong sejenak di warung Emak. Tumben penjual nasi uduk, gado-gado, dan lontong sayur pada jam sebelas lewat masih buka.

"Namanya juga berjualan. Bisa laris, bisa enggak."

Barang dagangan habis atau tidak habis, warung Emak tutup taklama setelah salat lohor usai. Barang dagangan tidak habis buat apa?

***

Duduk mengelilingi meja ada (nama disamarkan):

  • Pak Dadan, pengusaha bahan dan alat kesehatan;
  • Pak Dudun, rider ojek online;
  • Pak Deden, guru muda mata pelajaran agama di sebuah SD Islam Terpadu.

Pak Dadan yang pertama melontarkan pertanyaan dan pernyataan, "barang dagangan tidak habis buat apa? Makanya, agar usaha lancar pakai jimat pelaris dong, Mak!"

Sejak saat itu obrolan tentang pelaris dalam berdagang makanan berlangsung seru. Masing-masing punya argumen sendiri.

Pelaris Paku Emas

Tahun 2000an penjualan di kafe yang saya kelola konsisten merosot. Salah satu penyebab, usaha kuliner sejenis berkecambah di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Produk dijual relatif sama. Bedanya di soal atmosfer ditawarkan.

Pembeli potensial orangnya itu-itu saja. Ada tempat baru, ramai-ramai ke sana. Berkunjung ke tempat saya setelah sekian lama.

Menghadapi stagnasi penjualan, satu manajer mengusulkan solusi. Bukan jalan penyelesaian menggunakan cara-cara lumrah, tapi menawarkan pemasangan susuk pelaris: jimat paku emas!

Kisahnya dapat dibaca di: Susuk Paku Emas untuk Penglaris

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun