Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Artikel Utama

Perlukah Merancang Konsep sebelum Membuka Bisnis Kuliner?

28 Desember 2022   07:58 Diperbarui: 8 Februari 2023   16:59 1234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis kuliner di mobil oleh terimakasih0 dari pixabay.com

Pertama kali terjun ke usaha kuliner tanpa pengalaman, meski memakai gagasan yang kelak saya kenal sebagai konsep bisnis kuliner.

Setiap hari Minggu saya memarkir VW Golf Hatchback di lapangan parkir timur Senayan (sekarang Gelora Bung Karno).

Jok belakang direbahkan, memudahkan untuk memajang wadah-wadah. Pintu belakang membuka ke atas agar orang jogging tertarik membeli produk.

Saat itu lingkungan di sekitar GBK pada akhir pekan ramai orang berolahraga dan cuci mata. Bermunculan pedagang memajang pakaian, alas kaki, aksesoris, hingga produk makanan.

Saya turut membuka lapak di pasar kaget tersebut. Menjual pisang cokelat sudah matang. Terbuat dari potongan pisang tanduk, cokelat, margarin, dan dibungkus dengan kulit lumpia, lalu digoreng hingga permukaan berwarna kekuningan. Renyah ketika digigit.

Menjalankan usaha menjual penganan didorong oleh keadaan kantor yang sedang membeku, akibat krisis moneter 1998.

Membuka bisnis kuliner bukan tanpa konsep. Paling utama adalah melihat potensi pasar. Kemudian kondisi persaingan, yang mana pisang cokelat di Jakarta hanya saya temui di Setiabudi dan Pasar Baru.

Dikombinasikan dengan berbagai konsiderans, di antaranya ketersediaan modal, maka saya menjual pisang cokelat di mobil di lokasi dengan potensi pembeli bagus. Bisnis kuliner skala kecil yang menjual makanan ringan.

Pertimbangan itu pula yang saya gunakan saat mendirikan tempat semi permanen yang terletak tidak jauh dari lokasi semula.

Mendirikan usaha kuliner skala kecil dengan instalasi bangunan bambu. Menjual aneka kopi (waktu itu belum tren tempat ngopi), coffee shake, minuman ringan, dan light hingga medium meals.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun