Bersamaan dengan itu saya mengembalikan piring bekas pecel dengan rasa pedas sedang. Mengosongkan gelas, menyerahkan selembar uang, dan segera beranjak.
"Tidak ada kembalian. Tadi belum ada penglaris."
"Ambil aja," saya pun buru-buru melanjutkan perjalanan.
Daripada ngemplang dengan janji kosong, mending minta saja makanan barang sebungkus. Siapa tahu pengusaha mikro seperti Umi akan berbaik hati. Kalau tega.
Lagi pula utang adalah kewajiban yang mesti dilunasi, bukan?
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!