Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cita-Cita Mulia Sobri

28 November 2022   09:54 Diperbarui: 28 November 2022   12:33 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi oleh JhonDL dari pixabay.com

Lisan lantang. Orangtua bangga. Apalagi saat cita-cita menjadi nyata melampaui mimpi yang paling mustahil.

Mulut terasa asam. Kecut tanpa rokok setelah makan malam. Tidak ada yang bisa diperbuat melainkan memandang cecak menyergap nyamuk terpisah dari keluarganya.

Seperti dirinya. Kusut terpisah dengan keluarga terkurung di ruang sempit yang pengap juga lembap.

Ingatan bertumpuk-tumpuk menjejali mata terpejam diterangi temaram lima watt.

Ada masanya di mana orangtua memberikan pilihan cita-cita: dokter, insinyur, pegawai negeri, guru, atau orang berkedudukan.

Maka kelas di suatu sekolah dasar terkotak menjadi warna-warni mimpi, yang semoga terwujud ketika sudah dewasa.

Demikian halnya dengan ruang kelas paling buncit mendekati rumpun bambu angker, yang kadang-kadang dari sela-selanya muncul ular ramping panjang dan berwarna hijau pupus.

Hari beranjak siang. Menjelang pulang seorang bapak dengan pikiran bersahaja melihat anaknya di depan kelas.

"Cita-citaku menjadi pejabat! Berbakti kepada nusa bangsa dan orang banyak," lantang Sobri.

Hadirin sejenak gaduh. Pantat-pantat terangkat dari kursi-kursi merah setelah sebuah aba-aba.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun