Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Jalan Kaki sebagai Kebiasaan, Bukan Sebab Keadaan

14 Oktober 2022   05:58 Diperbarui: 14 Oktober 2022   16:04 481
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi para pejalan kaki di kawasan perkantoran Jakarta. Sumber: Kompas.com/Garry Lotulung

Jalan kaki bukan akibat ketiadaan. Bukan pula sebab keadaan. Namun semata karena kebiasaan.

Sampai dengan kepindahan ke Kota Bogor, saat remaja, berangkat ke sekolah jalan kaki. Waktu itu, sampai tahun 1980-an rute dan armada angkutan umum masih terbatas.

Membayar ongkos becak akan melubangi kantong anak sekolah. Naik delman? Hanya akan sampai separuh perjalanan, sisanya berjalan kaki.

Ada sih teman diantar pakai mobil, sepeda motor, atau membawa sendiri kendaraan bermotor itu ke sekolah. Namun jumlahnya tak banyak.

Mereka adalah golongan ekonomi tingkat atas. Saat itu menebus kendaraan bermotor mesti tunai.

Kebiasaan berjalan kaki masih berlanjut sampai periode sesudahnya. Mulai berkurang ketika mulai sibuk mengejar --atau dikejar---waktu agar sampai ke tempat kerja.

Di kerasnya Ibukota terbirit-birit meraih sangkutan di pintu bus kota. Turunnya juga begitu, melompat dari angkutan umum dengan kaki kiri terlebih dahulu (bila dengan kaki kanan, tubuh cenderung akan jatuh mencium aspal).

Sekian tahun berikutnya keadaan lebih baik. Memperoleh pinjaman mobil perusahaan, untuk keperluan berangkat dan pulang serta untuk mobilitas saat ada keperluan kantor. Seterusnya sampai mampu membeli kendaraan bermotor sendiri, kendati tidak baru.

Kesibukan mengejar dan dikejar waktu membuat tidak sempat berjalan kaki, kecuali dari tempat parkir menuju pintu kantor dan sebaliknya. 

Sedikit sekali kesempatan longgar untuk melangkahkan kaki lebih jauh, misalnya lebih dari 300 meter.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun