Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Harga Kopi di Bawah Pohon Tak Semahal Kopi di Kereta Api

6 Januari 2022   17:55 Diperbarui: 6 Januari 2022   18:47 1122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lapak kopi seduh dan rokok eceran di bawah pohon rindang (dokumen pribadi)

Ngopi di bawah pohon pala dan manggis bisa menghadirkan kenikmatan. Adem, lanskap cukup indah, dan murah. Tak semahal kopi di kereta api.

Beberapa waktu lalu sempat ramai unggahan di media sosial yang mempertanyakan, harga kopi di kereta api lebih mahal daripada di warung pinggir jalan. Kemudian anak perusahaan PT Kereta Api Indonesia (KAI) menyatakan alasan-alasan yang membuat penyajian kopi di atas kereta api menjadi relatif mahal.

Berita selengkapnya dapat dibaca di kompas.com.

Kira-kira sejengkal dari bibir selokan kering, di mana air hujan lebih suka mengairi jalan hotmix nan mulus, terletak warung amigos. Bukan restoran Amigos bergaya Mexico milik Ponderosa Group, tapi warung Agak MInggir GOt Sedikit yang disingkat menjadi amigos.

Bukan warung sih. Tepatnya lapak penjual kopi sasetan seduh dan rokok eceran. Besar kemungkinan pengelola lapak tidak perlu membayar sewa tempat, pajak, dan pungutan lainnya.

Seorang pemotor ojek online yang sedang melepas lelah, sembari menunggu order-an, menarik perhatian saya untuk turut duduk. Bangku adalah peti kayu bekas buah dilapisi tilas spanduk.

Di situlah saya mendaratkan pantat sambil memesan kopi tubruk tidak diaduk. Akan terlalu manis. Embaknya sudah gula. Eh...

Segelas kopi di amigos/agak minggir got sedikit (dokumen pribadi)
Segelas kopi di amigos/agak minggir got sedikit (dokumen pribadi)

Sambil menikmati kopi dalam gelas plastik bening, didobel dengan gelas plastik keras agar tidak terasa panas saat dipegang, saya mengamati lapak penjualan kopi dan rokok eceran itu.

Rupa-rupanya lapak tersebut memiliki pelanggan. Di antaranya:

  1. Pengojek daring yang menunggu pesanan sambil melepaskan lelah dengan kopi berharga murah.
  2. Para sopir angkot yang membeli kopi sebagai bekal dalam perjalanan. Penjual dan pembeli ternyata saling mengenal, karena berasal dari daerah yang sama, yakni di sekitar Cimanggu, Kota Bogor.
  3. Pengguna jalan lainnya yang sekadar ingin menikmati kopi tepi jalan.
  4. Pejalan kaki iseng yang tidak ingin apa-apa selain menghabiskan waktu, seperti saya.

Setelah ngobrol kosong ngalor-ngidul tiada ujung pangkal, saya memperkirakan jumlah penjualan paling banter Rp 100 ribu setiap harinya. Perkiraan tersebut dihitung berdasarkan pengamatan selama kira-kira sejam. Hanya ada 3 orang pembeli.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun