"Baiklah. Bila Anda tidak berkeberatan. Ada syarat mengikuti...."
"Saya mendengarkan...," Pejabat Tinggi Indonesia bersemangat.
"Erghhh, transaksi bilateral menyangkut impor amplop telah berlangsung lama. Kami juga memuji kualitas dan ketepatan waktu pengiriman.....," tutur Menteri Urusan Dagang.
Menteri Urusan Bikin Amplop memotong tanpa tedeng aling-aling.
"Kuota impor dari negara Anda akan dilipatgandakan. Untuk itu, setiap lembar amplop agar ditambahkan harga sebesar 3 rupiah. Dua rupiah untuk kami, di mana akumulasi akhir agar dikirim ke sebuah rekening di Swiss. Satu rupiah lagi silakan Anda miliki."
Pejabat Tinggi Indonesia sontak bangun dari kursi berlapis kulit. Mukanya memerah.
"Tidak bisa! Tidak mungkin! Itu bukan kebisaan kami," radang pejabat tinggi menutup tas Echolac dengan kasar, lalu melangkah menuju pintu.
"Sebentar. Sebentar. Kuota impor dari negara Anda kami naikkan menjadi 1 triliun lembar amplop."
Pria perlente berperut buncit itu membalikkan badan. Berkerut kening.
"Anda lihat tumpukan amplop di sudut ruangan? Isinya berjumlah 10 miliar rupiah. Apakah cukup sebagai awal kesepakatan?"
"Gedubraaak...!!!"Â Tas Echolac terjatuh. Berkas di dalamnya berhamburan.Â
Pejabat Tinggi menganga takjub memandang amplop menggunung.