Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Senja, Gerimis, dan Kopi Paling Luka

26 Oktober 2021   06:59 Diperbarui: 26 Oktober 2021   07:01 830
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kopi hitam tinggal setengah (dokumen pribadi)

Burung-burung merpati mengepakkan sayap, beterbangan menghindari ayunan lengan melempar biji-bijian dari kantong kertas berwarna cokelat. Sejenak. Kembali turun ke pelataran, paruh-paruh mungil mematuk butir-butir jagung.

Pria menghela napas. Guratan-guratan pada dinding dada membuatnya sesak. Tidak pernah sepanjang hidupnya ia merasakan rasa sakit sesakit-sakitnya seperti sekarang. Tiada pernah.

Betapa, dulu tangan mungil membawa kantong cokelat berisi jagung pipilan yang mereka beli di pasar anyar senantiasa bersama-sama. Dua sejoli bergandengan tangan bercanda menyusuri trotoar.

Beriringan dengan puspa hati memadu asmara tanpa memedulikan raungan mesin-mesin saling mencuri kesempatan. Bentakan nyaring klakson mobil melawan gerung amarah sepeda motor. Dendam, kebencian, ego bercampur-baur menerbangkan debu dalam deru.

Memang, dunia keindahan hanya milik mereka berdua. Hati berbunga-bunga tertawa riang, mengabaikan pertengkaran jalanan di tengah kota berhias dinding-dinding kaku menjulang tinggi, menuju sebuah keelokan.

Taman yang menyimpan teduh pepohonan, memayungi bunga-bunga warna-warni. Harum segar menghambur seiring semilir angin.

Di sana, setiap waktu, ratusan burung merpati berkumpul, mematuk-matuk biji-bijian yang dilemparkan oleh pengunjung. Sesekali burung-burung terbang rendah, mengepakkan sayap menunggu lemparan.

Pemandangan menyenangkan sekaligus menyejukkan dalam suasana teduh, melupakan kebisingan dan keruwetan hidup.

Pada beberapa bagiannya terletak bangku-bangku. Di atasnya duduk keluarga-keluarga menikmati kedamaian. Sebagian lagi ditempati oleh pasangan-pasangan muda menjalin janji.

Tiada perebutan pun amarah. Hanya ada cinta dan hangatnya suka cita.

Dua sejoli menuju tempat favorit, sebuah bangku taman cenderung tersendiri dari tempat duduk lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun