Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Ini Ciri-ciri Bos yang Baik

11 Juli 2021   20:57 Diperbarui: 11 Juli 2021   21:15 928
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi bos oleh geralt dari pixabay.com

Setiap karyawan menghendaki bekerja di bawah pemimpin, atasan, atau bos yang baik. Sebaliknya, bos umumnya menginginkan agar ia disukai bawahan.

Ketika pertama kali bekerja, saya mendapatkan bos yang berpenampilan keren, baik, dan penuh perhatian. Dalam perjalanan, diketahui beliau kurang begitu menguasai segi teknis.

Pada periode berikutnya, setelah ditarik ke kantor pusat, saya berturut-turut berada di bawah kepemimpinan tiga bos berlainan, dengan karakter berbeda pula.

Pertama, almarhum Munawar Ahmad (bapaknya Raffi Ahmad) merupakan bos asyik. Meski masih dalam koridor profesionalisme, beliau bukan pribadi jaim, tidak berjarak dengan bawahan dalam pergaulan sehari-hari.

Kerennya, pada akhir pekan saya boleh memakai mobil dinasnya, setelah mengantarnya pulang ke Bandung. 

Jeleknya, saya kerap menghabiskan waktu --nyaris setiap malam-- menemani beliau yang cenderung insomnia. Besoknya, saya terbirit-birit ke kantor agar kartu kehadiran tidak dicetak merah oleh mesin Amano. Sementara bos boleh datang siang.

Kedua, memiliki bos pandai yang menguasai ilmu perkreditan. Boleh dibilang ia merupakan "jantung" dari perusahaan. 

Saya banyak memperoleh ilmu dari beliau. Seremnya, ia sangat temperamental. Gampang meledak, tanpa melihat tempat dan situasi.

Kali ketiga, memperoleh bos yang pendiam dan jaim. Saya kurang begitu dekat, karena kesempatan bertemu dengannya hanya pada saat briefing pada pukul setengah tujuh pagi. Semua urusan teknis diserahkan kepada tim.

Beliau bukan hanya direktur di perusahaan tersebut, tetapi di banyak perusahaan lain. Menantu Ibnu Sutowo itu demikian sibuk.

Setelah pindah ke perusahaan lain, saya memiliki bos yang sepantaran. Orangnya pandai, disiplin, dan rajin. Oleh karenanya ia menjadi disegani pegawai.

Namun di balik kelebihan itu, ia sangat demanding. Permintaannya harus dipenuhi oleh tim, tanpa menimbang waktu. Misalnya, ketika gagasan muncul pada jam 5 sore, maka ia meminta realisasi konseptual sesegera mungkin. Untuk itu, begadang adalah konsekuensi logis.

Kepindahan kerja selanjutnya mengantarkan saya memimpin 55 karyawan. Awalnya, saya berusaha menjadi pemimpin baik yang disukai semua lapisan karyawan.

Pada perkembangannya, tekanan dari orientasi keuntungan perusahaan, ternyata membuat saya tidak selengkapnya mengikuti ukuran bos yang baik. Ada saja pertimbangan yang menghalanginya. Sebagai contoh, jika berlaku terlalu baik, maka bawahan mengartikan secara berlebihan. Terutama staf wanita. Eh.

Selama menjadi bagian dari bangunan usaha atau himpunan kegiatan, secara alami kita menghendaki pemimpin, atasan, atau bos ideal, sesuai persepsi.

Sebaliknya, menjadi pemimpin ideal ternyata terbentur kepada pergulatan batin, antara mewujudkan keuntungan organisasi secara efisien, dengan mengoptimalkan bawahan tanpa menimbulkan luka.

Kisah di atas menggambarkan, bahwa untuk mendapatkan dan menjadi bos yang baik, tidaklah mudah, meski hal itu bukan hal yang mustahil.

Sehingga berdasarkan pengalaman ditambah berbagai rujukan, dikompilasi parameter dan ciri-ciri bos ideal sebagai berikut:

  1. Baik, menganggap bawahan sebagai teman, tetapi berlaku tegas dalam koridor pekerjaan.
  2. Bersifat dewasa dan rendah hati menyikapi segala hal.
  3. Terbuka, ketika menerima saran dan kritik dalam forum tukar pendapat.
  4. Memiliki kompetensi dan cerdas mencari solusi (problem solver).
  5. Bijak dengan menularkan pengetahuan dan pengalaman kepada bawahan.
  6. Disiplin, tertib, sehingga perilakunya menjadi panutan (role model) bagi karyawan.
  7. Tidak emosional menghadapi persoalan atau ketika mengambil keputusan.
  8. Berlaku sederajat, santun, enak diajak ngobrol, ramah, dan semua hal yang sekiranya menyenangkan bagi bawahan.
  9. Tidak pelit, gampang minjemin duit.

Nyatanya, sulit menemukan bos yang memiliki seluruh parameter tersebut. Pada akhirnya, menurut hemat saya, tipe bos yang baik adalah atasan yang mampu memenuhi sebagian besar penanda di atas.

Berpikir positif saja, bahwa bos juga manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun