Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kisah Minta Sumbangan ke Kedubes

4 Juli 2021   09:19 Diperbarui: 4 Juli 2021   09:21 750
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto kantor PBB oleh 995645 dari pixabay.com

Surat resmi berlogo sebuah Pemprov mendadak viral. Surat yang ditujukan ke berbagai Kedubes (Embassies) di Jakarta itu berisi ajakan agar perwakilan asing berkontribusi dalam rangka mendukung inisiatif yang diajukan pada awal surat.

Halaman satu dokumen itu menyatakan, untuk mengisi RSUD dan sebuah tempat isolasi terhadap penularan virus korona, maka pejabat menandatangani memerlukan perlengkapan yang disebut secara terperinci, baik jenis dan jumlahnya. Di antaranya, velbed, kipas angin, kursi, handuk, sapu, komputer, dispenser, ventilator, jarum suntik, dan lain-lain.

Di bawah ini dicantumkan kutipan dari surat di atas, sebagai berikut:

.... we really appreciate any contribution made to support this initiative, should your embassy and communities consider to participate, my office is more than welcome to assist you on this matter. Dan seterusnya.

Setelah pihak Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) meminta penjelasan, surat yang terlanjur viral itu ditarik kembali. Isi surat selengkapnya dapat ditilik di akun Twitter @xvidgmbk.

Diketahui, Ibukota Jakarta ditempati kantor-kantor Kedutaan Besar dari negara-negara yang memiliki hubungan diplomatik dengan Indonesia. Menurut konvensi, perwakilan asing tersebut berfungsi sebagai, antara lain:

  1. Mewakili kepentingan negara di negara setempat.
  2. Melindungi kepentingan negara dan warganya di negara setempat.
  3. Mengadakan persetujuan bersama pemerintah yang diwakili dengan pihak otoritas negara setempat.
  4. Memberikan laporan periodik tentang perkembangan situasi ekonomi, militer, ilmu pengetahuan, dan lain-lain di negara setempat.
  5. Meningkatkan kerja sama, misalnya di bidang perdagangan, pendidikan dan kebudayaan antar kedua negara.

Kurang lebih, selain menyediakan layanan keimigrasian, kekonsuleran, meningkatkan hubungan diplomatik, tugas dan fungsi pokok Kedubes adalah mempromosikan negaranya kepada masyarakat di mana ia berada.

Dengan pemahaman itulah, telah dua kali saya meminta sumbangan ke Kedubes. 

Begini kisahnya.

Kisah Pertama. Pada saat kuliah, kawan-kawan mengadakan acara yang bertajuk "Temu Kenal Budaya untuk Perdamaian" atau disingkat TKBUP. Kegiatan ini meliputi: seminar, lomba pidato berbahasa Inggris, lomba lukis, bazar barang seni, pentas seni budaya, pameran kebudayaan, dan pertunjukan musik jazz (diisi oleh Indra Lesmana dan kawan-kawan).

Perhelatan besar yang membutuhkan biaya besar pula. Sumber dana awal TKBUP berasal dari "Susutante" alias Sumbangan Sukarela Tanpa Tekanan dari rekan panitia. Ya, merogoh kocek sendiri untuk pengadaan proposal, spanduk awal, dan perlengkapan ATK. Bagusnya, tempat kegiatan berlangsung di kampus, sehingga tidak ada biaya sewa.

Akan tetapi, diperlukan biaya penyelenggaraan yang amat banyak, seperti: pembangunan stand/booth/tenda pameran, biaya juri, honor artis, dan sebagainya. Sumber dana diperkirakan diperoleh dari donatur, sponsor, penjualan tiket, sewa stand.

Masih banyak kekurangan. Kemudian terpikir meminta sumbangan kepada Kedubes, mengingat keterkaitan di bidang kebudayaan. Harapan terbesar di baliknya adalah: sumbangan berupa dana atau barang untuk mendukung kegiatan. Hahahaha.

Biar keren, proposal dan surat-surat dialih-bahasakan ke dalam bahasa Inggris. Padahal, sebetulnya dengan Bahasa Indonesia yang baik dan benar orang-orang Kedubes pasti sangat mengerti isinya.

Tanggapan perwakilan negara-negara sahabat umumnya sangat baik, termasuk negara Soviet (waktu itu masih ada) beserta sekutu-sekutunya. Namun berdasarkan konsultasi dengan pihak Kemenlu, akhirnya diputuskan untuk tidak menerima sumbangan dari Soviet dan sekutunya. Pertimbangan politis.

Sumbangan berupa buku-buku, materi promosi negara-negara sahabat, dan peralatan display kami terima, berikut petugas penjaga. Tetapi tidak satupun perwakilan negara asing itu memberikan donasi dalam bentuk uang dan barang dibutuhkan untuk pameran.

Kisah Kedua. Berdasarkan pengalaman tersebut di atas, rekan-rekan mahasiswa KKN dan saya membuat proposal kepada Kedubes. Isinya, permintaan buku untuk mengisi perpustakaan desa. Pustaka tersebut berupa materi promosi negara-negara sahabat, tapi lumayan untuk menularkan pengetahuan tentang dunia luar kepada warga desa.

Selengkapnya dapat dibaca di: Pembangunan Perpustakaan Tetap Berlanjut Meski Dana Disunat

Berdasarkan gambaran di atas, dapat disimpulkan bahwa, setiap permintaan sumbangan dari masyarakat ke Kedubes akan diterima dengan baik-baik saja. Boleh saja mengajukan permintaan sumbangan.

Mereka akan menanggapinya dalam kerangka kerja sama pendidikan dan kebudayaan antar kedua negara. Antar masyarakat kedua negara. Muatan promosinya lebih kental. Jangan berharap, akan memperoleh sumbangan uang atau barang yang kita tentukan.

Barangkali mereka yang berkecimpung di ilmu atau dunia diplomasi lebih mengerti.

Rujukan: 1, 2

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun