Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Man on the street.

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Kekhasan, Penentu Keberhasilan Bisnis Kuliner

7 April 2021   08:13 Diperbarui: 7 April 2021   08:24 743
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar oleh Alexei_other dari pixabay.com

Sebuah kedai ayam bakar di trotoar daerah Bulungan, Jakarta Selatan, dipenuhi pengunjung, sampai-sampai bangku dan meja tempat makan meluber ke tepi jalan.

Demikian pula pada sebuah gerai penjualan ayam goreng di jalan Pahlawan, Bogor, demikian laris, baik yang makan di tempat maupun peminat yang membungkusnya. Sementara itu, warung serupa berlokasi tidak jauh darinya sepi pembeli, kendati produk yang dijual sama dengan warung pertama.

Pada daerah berimpitan, sejatinya racikan atau resep ayam goreng dan ayam bakar kurang lebih sama. Bumbu dasar pembentuk rasa kurang lebih serupa.

Misalnya, ayam goreng di sekitar Jabodetabek umumnya melalui proses ungkep dengan bumbu: bawang, lengkuas, daun salam, jahe, kunyit dan seterusnya. Proses menggorengnya juga sama, menggunakan wajan, minyak, dan kobaran api.

Aroma yang dihasilkan pun sama persis: bikin lapar. Teman untuk menyantapnya juga seragam: nasi hangat, sambal, dan lalapan. Harganya juga nyaris tidak berselisih jauh. Fungsinya sebangun, yaitu mengenyangkan perut disertai dahi berkeringat.

Dengan kata lain, proses memasak ayam , tata cara menghidangkannya, dan manajemen penjualan sebenarnya bisa diduplikasi oleh warung lain.

Tetapi kenapa berbeda? Sebetulnya apa sih yang membuat sebuah warung lebih ramai pembeli dibanding warung lainnya, meski produknya serupa? Jangan-jangan penjualnya memakai aji pelaris?

Dua ratus tahun lalu, bisa jadi adanya guna-guna merupakan satu-satunya penjelasan. Barangkali pada zaman internet sekarang sulit diterima akal, walaupun masih ada saja mereka yang memercayainya.

Saat ini aji pelaris sudah bertransformasi menjadi keyakinan diri dan doa dalam berusaha.

Selain doa, ketekunan, dan kesabaran dalam menjalankan usaha, penjual ayam goreng itu memiliki rahasia yang menjadi pembeda dengan penjual serupa. Kemudian pembeda tersebut menjadi kekhasan yang melekat pada warung tersebut.

"Sambelnya enak, Mas," ujar seorang penikmat ayam goreng sambil menyeka keringat.

Ah, ternyata sambal merupakan ciri khas warung tersebut.

Bisa saja cara mengolah ayam dan sambal bisa diduplikasi, namun ada satu atau beberapa komponen sulit ditiru orang lain, di mana prosesnya dijadikan rahasia perusahaan oleh sang penjual

Salah satu rahasia terbesar dan sulit ditiru adalah sambal. Jika diperhatikan, sambal ayam goreng di warung tertentu memiliki rasa khas yang tidak dapat ditemukan di tempat lain. Kalaupun kita mencoba menyontek, rasa yang diperoleh tidak pernah menyerupai sambal warung langganan, meski menggunakan bahan sama.

Unsur pembeda yang kemudian menjadi ciri khas itulah yang membuat sebuah warung usaha kuliner akhirnya didatangi pengunjung yang "ketagihan" dan bisa jadi mereka mempromosikannya dari mulut ke mulut.

Tidak terbatas kepada sambal, kekhasan dapat dibangun dari sumber daya lainnya, di antaranya:

  1. Lokasi yang menawarkan panorama atau lansekap yang indah.
  2. Arsitektur bangunan yang menawarkan ambien menyenangkan.
  3. Pelayanan yang istimewa.
  4. Makanan dan minuman ditawarkan memiliki kekhasan. Biasanya satu atau sebagian produk saja yang diunggulkan.

Pada akhirnya, hal penting yang menentukan keberhasilan bisnis kuliner adalah, pembeda yang merupakan kekhasan suatu bisnis kuliner agar dapat membangun rasa penasaran dan "ketagihan" dari para pengunjung. Demikian, harapannya mereka akan kembali berkunjung dan mempromosikannya kepada karibnya.

Semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun