Aku merasa kian tenang dan berjalan lebih santai, menikmati pemandangan bangunan tertimpa sinar bulan purnama. Ternyata indah.
Mendadak pandangan terhenti pada sepasang mata menyala dari seseorang yang satu tangannya memegang pedang panjang, berkilau ditimpa purnama dan lampu merkuri, sedangkan tangan lainnya memegang tali kekang kuda tanpa kepala.
Kuda tanpa kepala!Â
Cerita mengerikan itu memang nyata ada. Kuda tanpa kepala dengan penunggang berpedang panjang berkilau ditimpa purnama.
Dengan mata merah penunggang itu melihatku dari ujung kaki sampai ke ubun-ubun, lalu meneriakkan kata-kata yang tidak kumengerti, sekencang-kencangnya.
Kemudian bermunculan belasan kuda tanpa kepala, dengan penunggang berpedang panjang berkilau ditimpa purnama. Juga meneriakkan kata-kata yang tidak kumengerti, sekencang-kencangnya.
Sejenak aliran darah dalam tubuhku berhenti. Lalu kesadaran membuat kaki melompati parit dan berlari sekuat tenaga menjauhi mereka.Â
Berlari, berlari, dan berlari demi menyelamatkan hidup.
Belasan kuda tanpa kepala, dengan penunggang berpedang panjang berkilau ditimpa purnama mengejar, bersama-sama meneriakkan kata-kata yang tidak kumengerti, sekencang-kencangnya, memecah keheningan malam.
Di antara napasku yang memburu, terngiang cerita kakek