Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Pagi yang Cerah, Puasa Medsos, dan Universalitas Nyepi

14 Maret 2021   17:11 Diperbarui: 14 Maret 2021   17:18 585
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Langit cerah pada hari Minggu pagi (dokumen pribadi).

Langit cerah di Minggu pagi mendadak muram oleh gerutu Umi, mengeluhkan salah satu pelanggan yang ngomel-ngomel.

Umi penjual nasi uduk berkisah, seorang yang menjabat sebagai ketua Dewan Kemakmuran Mesjid (DKM) telah ingkar janji mengenai pesanan. Atas kerugian tersebut, ia menegur. Namun, pria itu malah berkeras lalu marah-marah kepada ibu yang telah sepuh itu.

Pangkal permasalahan secara pasti, aku tidak mau mendengarkannya. Pun enggan menyimak gerundelan Umi yang berkepanjangan. Percuma. Hanya akan menambah sampah emosi di dalam pikiran yang sudah terlampau sesak oleh persoalan.

Diari,

Pada hari di mana Gunung Salak bertengger di atap gedung, aku sengaja membawa kotak makanan untuk wadah nasi uduk, demi mengurangi bungkus plastik. Aku rasa itu cukup untuk sarapan bertiga.

Foto gunung Salak
Foto gunung Salak
Sambil menyerahkan uang lima ribu, aku sampaikan kepada Umi, saat orang berbuat aniaya dan menghina kita, anggaplah itu sebagai "penebus" dosa di masa lampau. Jadi, berterima-kasihlah kepada mereka. Suatu saat semesta akan memberi hadiah bagi insan yang ikhlas.

Lagi pula, menanggapi, memikirkan, dan memperdebatkan ocehan semacam itu hanya akan mengundang energi negatif. Lupakan atau abaikan saja.

Ya, sesekali aku juga mengabaikan keluhan tak berujung pangkal, gerutu, ocehan, dan segala caci-maki di lini masa medsos, termasuk di grup-grup WA. Aku hanya menyerap hal-hal baik dan berguna, seperti ungkapan penyejuk hati, pencerahan, penyemangat hidup, juga hiburan.

Aku sudah terlalu kenyang menyemburkan cacian kepada, pun menampung kemarahan dari, orang lain. Capek.

Sudah saatnya aku menghindarinya. Otakku memang tidak muat menampung ujaran-ujaran negatif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun