Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Guru yang Terkadang Dilupa Namanya tapi Senantiasa Dikenang Jasanya

25 November 2020   05:58 Diperbarui: 30 November 2020   05:01 758
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi suasana kelas (dokumen pribadi)

Kebiasaan buruk saya adalah sulit mengingat nama orang yang lama sekali tidak berjumpa. Meskipun orang tersebut berada dalam lingkungan sekolah, seperti guru. Maafkan saya.

Hanya sedikit yang tidak dilupa, karena guru tersebut telah menggoreskan kenangan yang dulu menyakitkan, tetapi sekarang membuat saya tersenyum.

Salah satunya Kepala SDN Sanansari 3, Malang. Bertampang bengis, berkumis ala Cak Sakerah, berumah di halaman sekolah, menjadikannya sosok paling ditakuti murid yang kebanyakan tidak berseragam dan bersepatu.

Punggung saya pernah dipukulnya dengan penggaris kayu sepanjang 1 meter, karena saya nyaris membuat seorang teman celaka dalam sebuah gurauan. Menyakitkan, namun membuat saya mengerti bahwa bercanda itu ada batasnya. Di era globalisasi sekarang perihal tersebut bisa menjadi permasalahan hukum.

Waktu SMP takbanyak yang diingat, namun dalam periode itu, saya rasakan berlangsungnya proses penguasaan terhadap keilmuan dan pembentukan karakter. Guru mengintroduksi semacam discussion group, berupa kelompok-kelompok belajar dalam ruang kelas atau di rumah-rumah siswa/i.

Tujuannya di antaranya, antar murid disemangati dengan persaingan dalam menguasai materi pelajaran. Bukan semacam kompetisi yang berkonotasi persaingan negatif dan saling menjatuhkan. Tetapi mereka yang lebih tahu mengajarkan kepada yang belum paham tentang suatu ilmu.

Boleh dianggap, dengan itu guru-guru SMP mengenalkan demokrasi dalam belajar, juga mendorong murid berani menyampaikan pendapat di hadapan teman-temannya dengan menjadi "guru" untuk menyampaikan materi yang berkaitan dengan pelajaran.

Apakah seirama dengan merdeka belajar masa kini? Saya enggak tahu persis perbandingannya.

Saya hanya teringat satu nama guru pelajaran biologi, Bu Eva, yang senyumannya senantiasa meruntuhkan hati siswa-siswa baru akil balik. Selain itu, terdapat tonjolan-tonjolan biologis menawan, membuat pandangan melekat padanya selama pelajaran.

Kelas 2 SMA (sekarang kelas 11) pindah ke lain kota dalam keadaan kegiatan belajar telah berlangsung satu bulan lebih. Keterlambatan itu menimbulkan kejadian-kejadian unik.

Pada saat saya masuk kelas pertama kali, Guru Bahasa Indonesia, Pak Sofyan menanyakan asal sekolah sebelumnya. Mengetahui saya pindahan dari Malang, beliau berkata dengan suara menggelegar, "ini calon setan satu lagi," di hadapan teman sekelas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun