Sejak itu seperti orang merdeka, ia mampu mengekspresikan pikiran-pikiran dengan bebas, namun ia juga menjadi terbiasa mengapresiasi pendapat orang dengan mendengarkan secara seksama.
Pikiran bebas itu diwujudkan dalam bentuk catatan-catatan atau kertas tempelan berisi pernyataan positif. Kemudian menjadi afirmasi bagi dirinya.
Kertas yang direkatkan pada lemari atau dinding itu berisi, misalnya: "Kuliah Hukum di Universitas Negeri" atau "Kuliah Public Relations di Perguruan Tinggi Terkemuka" atau "IPK 4 pada Semester Pertama!" dan seterusnya.
Keinginan dan sasaran yang dituju tersebut bersifat konkrit. Keinginan-keinginan yang pada akhirnya tercapai, umumnya karena diperhitungkan dengan cermat.
Keinginan tersebut merupakan kekuatan pikir, harapan dan doa, yang mendorongnya maju untuk kehidupannya sendiri. Sulit bagi saya untuk mendefinisikannya, barangkali para pembaca bisa menemukannya dalam berbagai rujukan di Google.
Dengan demikian, kekuatan pikir berpengaruh dan telah mengobarkan anak perempuan saya untuk berkembang. Kekuatan pikir yang sejatinya berasal dari dirinya sendiri. Suatu karunia yang bukan bersumber dari ambisi ayahnya.
Saya hanya bertugas sebagai pengantar kepada kehidupannya yang lebih baik.
Semoga bermanfaat.