Aku takhendak bercerita perihal yang menyebabkan engkau enggan sendirian, tetapi sisi lain dari hantu yang sejatinya tidak akan membuatmu bergidik. Percayalah.
Cerita bermula saat potongan-potongan perjalanan berputar cepat dalam pita seluloid, tergambar kesalangan-kesalahan fatal, lalu tebersit keinginan menjadi sutradara untuk mengoreksi kisah usang. Tetapi hidup bukanlah film yang bisa diputar ulang.
Terlalu terlambat untuk menyesalinya, kendati rasa sesak sudah sirna.
Memahami hal itu, maka aku menikmati saja pengalaman saat ini, menjelajahi dunia supranatural, di mana kebanyakan orang akan mengaitkannya dengan dunia hantu. Padahal tidak demikian adanya.
Sudah sering aku mejelajahi tempat yang dianggap angker. Gunung keramat tempat mencari pesugihan, lubuk kali tempuran untuk kumkum, hutan larangan misterius, sampai tempat pemujaan.
Aku melihat semuanya sebagai kelumrahan, tidak ada ihwal yang perlu digentarkan.
Begini. Dunia abstrak, kadang disebut dunia paralel, memang menyimpan anasir gaib, tetapi bukan hal yang serba mistis dan klenik. Penjelasan ilmiah ringkas mungkin bisa membantu menyingkap tabir.
Makhluk halus berseliweran di udara merupa gelombang elektromagnetik yang tidak mudah dilukiskan. Kalau dibayangkan seperti cahaya yang mengambang tenang, bergerak pun dengan gaya anggun.
Maka cukup mengherankan, ketika orang memandang kepingan-kepingan lembut itu sebagai sosok yang menakutkan.
Seperti kuntilanak yang digambarkan selayak wanita berpakaian panjang serba putih, konon bergentayangan berusaha menemukan anaknya.
Pocong, hantu yang paling menggetarkan, kerap dijumpai di kuburan. Dinamakan demikian karena berasal dari orang meninggal yang tali pocongnya belum dilepas.