Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Man on the street.

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Curhat Setelah Penyesalan

23 September 2020   13:40 Diperbarui: 23 September 2020   14:12 364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gadis. Gambar oleh Thinh Nguyen Gia dari pixabay.com

"Ada saatnya dalam hidupmu engkau ingin sendiri saja bersama angin menceritakan seluruh rahasia, lalu meneteskan air mata" ~Soekarno~)*

Aliran udara silir semilir menerabas  dedaunan di antara pepohonan, tiba di teras menemani sendiriku. Angin lembut menyapa lalu menyapu genangan di pelupuk, setelah lama terantuk pada kerinduan dan kepiluan.

Hanya kepada anginlah aku leluasa bercerita tentang perbuatan-perbuatan buruk, di antara kebaikan, yang tak pernah didokumentasikan atau ditanda-terimakan.

Ingatkah saat kita bertemu pertama kali? Bola matamu membesar indah, entah geram atau tergemap, ketika kulepaskan kacamata dari hidungmu yang bangir. Pesona itulah yang tidak bisa kulupakan sampai detik ini.

Aku juga masih mengingat, saat kita pergi nonton film Ghost, dengan pemeran utama Patrick Swayne dan Demi Moore, di bioskop.

Kisahnya demikian menghanyutkan. Percintaan Sam dan Molly berumur singkat, berakhir saat sang pria dibunuh penjahat. Kasih Sam kepada Molly tak berkurang, namun dimensi yang berbeda menghalanginya untuk mengungkapkan rasa. Untunglah ada Oda Mae Brown (Whoopi Goldberg) yang berlaku sebagai medium.

Kisah yang sangat romantis, menurutku. Engkau pun demikian terhanyut, sehingga memotong rambut bak Demi Moore. Engkau tambah cantik dan sangat nyata di hadapanku.

Namun ada pengalaman tidak terlupakan setelahnya. 

Kita pulang naik angkot yang melintir dalam perjalanan. Aku terlempar mendekati pintu keluar. Nyaris menjadi ghost... hahahaha.

Sesampainya di rumahmu, Ayahmu memarahiku karena memulangkan putri tunggalnya terlalu malam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun