Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Kota yang Menyimpan Kegelisahan

4 April 2020   06:30 Diperbarui: 4 April 2020   07:06 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar oleh Rick Lobes dari pixabay.com

Kota merupa arena kolosal, dimana ikon raksasa berzirah beton memancang tulang belulang, menyiangi sesaknya kelam dengan lalu-lalang perbincangan usang.

Kota juga menyimpan gelombang-gelombang kegelisahan dari bentara, yang meludahkan titah raja pada meja makan, jalang mencengkam kemanusiaan di atas penderitaan.

Pejuang berbandana angan, datang berpedang ke kota, melusuh berkurung petarung, ialah para pengusung keranda perhiasan berlian mutu manikam, berkilaun kefanaan serta ruang-ruang, yang menggagahi petak-petak kumuh berderai air mata pecundang.

Lalu menyingkir, dari keniscayaan hedonik yang tiada usai membukit, terbuai belai lentik semu di tiang listrik, akhirnya menghempaskan jeda berkepanjangan dalam keputus-asaan.

Terbuang dari peradaban, membawa sembarang kekalahan, bersampan menuju bentala tersepi bertepi sunyi.

Sesekali merenung, merundung mimpi, lalu berdesau lembut pada kabut, bersendiri menyesali mimpi nisbi.

Tetapi akan tiba masa, hari tanpa bisa menceritakannya kepada siapa-siapa.

Melainkan kepada-MU.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun