Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Jangan Dengarkan Orang Bila Terserang Penyakit Ini

16 Januari 2020   21:33 Diperbarui: 16 Januari 2020   21:44 579
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar oleh Stefan Keller dari Pixabay

Seorang teman baik menelpon Saya karena Ia baru saja terserang penyakit stroke.

Sebelumnya, Ia sedang dalam perjalanan dinas ke Jerusalem ketika penyumbatan pada otak itu terjadi. Teman berbadan subur itu segera dilarikan ke negara tempatnya bertugas untuk dirawat di ICU rumah sakit setempat. Mengingat jabatannya sebagai duta besar Indonesia di suatu negara sahabat, kerumitan diplomatik akan dialaminya jika dirawat di negara Israel.

Setelah penanganan seperlunya, Ia langsung diterbangkan ke Jakarta untuk perawatan lebih lanjut. Dilakukan tindakan medis dengan metode Digital Subtraction Angiogram (DSA) atau dikenal sebagai cuci otak, fisioterapi dan pengobatan lain.

DSA adalah untuk memecah penyumbatan (stroke iskemik) aliran darah atau kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke otak terganggu atau berkurang.

Untunglah Ia terkena stroke ringan, dimana yang terganggu adalah otak bagian motorik untuk menggerakkan kaki kanan --menjadi seperti keseleo-- tetapi tidak mengganggu fungsi tangan, cara bicara dan peran anggota tubuh lainnya.

Berbeda dengan Saya yang belum bisa melakukan gerak minor untuk tangan kanan, seperti menulis dan memegang sendok secara sempurna. Dan cara berjalan pun lebih lambat dibanding orang normal. Tapi lumayanlah, kini sudah ada perkembangan baik.

Tujuan teman Saya menelpon adalah, bagaimana menyikapi keadaan setelah terkena serangan stroke? Sebab Ia merasa bingung, shock, dengan kondisi yang menimpanya dan menyadari, bahwa Saya senasib sepenanggungan.

Menurut hemat Saya, tindakan penanganan dini, DSA dan fisioterapi sudah tepat dilakukan. Pelayanan kesehatan first class, mengingat kedudukannya sebagai pejabat negara, sudah hebat.

Berbeda dengan Saya, yang merupakan pecahan beling. Tindakan DSA terasa mahal betul!

Berdasarkan pengalaman (dalam hal ini jam terbang Saya lebih tinggi dibandingnya.... hahahaha), bahwa untuk pulih kembali sangat tergantung kepada semangat diri sendiri, yakni keinginan untuk kembali normal.

Advis dokter, konsumsi obat-obatan dan upaya  fisioterapi adalah alat bantu kesembuhan, tetapi bukan semata-mata hal yang mutlak menyembuhkan.

Dokter rutin mengobservasi perkembangan penyakit, meresepkan obat dan menyarankan pantangan-pantangan. Umumnya diberikan obat pengencer darah dan penurun tekanan darah untuk menjaga terhadap serangan kembali yang lebih parah.

Pantangan biasanya atas makanan asin, minyak, minuman kemasan berpengawet dan disarankan makan masakan rebusan.

Fisioterapi merupakan proses pemulihan fungsi anggota badan agar tidak cacat. Biasa dibantu oleh orang-orang yang ahli atau terlatih. Atau bisa dengan melatih diri sendiri. seperti kegiatan berjalan kaki, angkat beban, berenang dan lain-lain yang dibolehkan dokter.

Apabila tertib menjalani prosedur tersebut, maka penyembuhan akan cepat dicapai. Banyak penderita stroke yang pulih, bisa berjalan normal, mengendarai sepeda motor atau mobil, mendaki gunung dan sebagainya.

Namun terdapat nasehat penting, yang juga dianjurkan dokter, yaitu: "Jangan Dengarkan Orang". Nah, apa lagi itu?

Saya menyarankan beberapa hal berkaitan dengan frasa "jangan dengarkan orang" kepada teman tersebut, sebagai berikut:

Penderita stroke cenderung emosional. Mudah marah, sebaliknya juga mudah sedih. Sebaiknya hindari orang yang menimbulkan amarah, seperti mereka yang hobi berdebat, orang yang ngototan, orang yang mengajak berpikir ruwet, atau mereka yang keras hati. Santai saja, nikmati hidup!

Penderita stroke cenderung gampang tersinggung, dan bisa berakumulasi pada tekanan psikologis. Sebaiknya jauhi saja orang yang tidak mengerti situasi hati, atau anggap angin lalu.

Penderita stroke mudah kaget. Ini sebetulnya agak sulit dihindari, seperti ketika tiba-tiba guntur bergemuruh tanpa didahului oleh kilat menyambar. Atau orang bersuara lantang memanggil dari belakang. Berharap saja itu tidak terjadi dan mereka mengerti, atau berdoa agar urat jantung tidak retas.

Penderita stroke ingin segera sembuh. Hendak normal kembali, bergiat sebagaimana orang sehat, sehingga ikhtiar berbagai penyembuhan alternatif dilakoni. Dengan demikian, Ia akan mudah mendengarkan orang untuk saran alternatif penyembuhan.

Saya sudah mencoba banyak macam pengobatan alternatif yang disarankan orang-orang: dioles cairan, dicelup minyak, disetrum 220 Volt, minum ramuan ini-itu dan lain-lain. Ternyata hanya menghamburkan biaya, yang pastinya tidak ditanggung BPJS atau asuransi manapun, dengan hasil nihil.

Saran, iming-iming atau promosi penyembuhan semacam itu seyogyanya tidak perlu diindahkan daripada mengharapkan "keajaiban" irasional. Untuk kesehatan badan, mengonsumsi jamu tradisional dan dipijat refleksi, bolehlah. Orang sehat saja memerlukannya!

Cukup ikuti advis dokter, rutin minum obat, fisioterapi dan --paling penting-- keinginan, kemauan, semangat untuk pemulihan. Semangat diri sendiri untuk sehat seperti sediakala merupakan faktor kunci pemulihan. Jangan dengar orang bila terserang penyakit stroke!

Dan tentu saja berdoa kepada Yang Maha Kuasa.

Saran-saran yang disampaikan di atas berdasarkan pengalaman Saya pribadi, yang setahun lalu mengalami penyumbatan pada otak.

Mungkin bagi penderita dengan cacat permanen dan akibat diabetes bisa berbeda perlakuannya.

Semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun