Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Buah Kepel nan Berkhasiat

20 November 2019   13:07 Diperbarui: 20 November 2019   13:15 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen pribadi: Buah kepel

Sebuah rumah berlantai dua bergaya gothic berdiri angkuh di atas lahan luas untuk ukuran kota kecil ini. Atap menjulang miring sekiranya air meluncur pesat menuju talang ketika hujan. Langit-langit yang tinggi mengalirkan udara sejuk ke seluruh bagian rumah utama.

Dapur kotor, tempat masak-memasak untuk konsumsi penghuni rumah induk berada di bagian belakang. Sebuah bangun paviliun tempat tinggal asisten rumah tangga berdiri di sebelahnya. Selebihnya adalah kebun rindang menghampar berbagai jenis tanaman buah dan perdu.

Pada bagian lantai atas terdapat balkon, sebuah serambi yang menjorok keluar bagian rumah, menghadap kebun belakang. Di situlah terletak sebuah kursi goyang kayu jati berwarna coklat tua seperti biji salak dengan aksen keemasan pada ukirannya.

Raden Aryo Adipramana Bayuaji Sastraningrat, biasa dipanggil Ndoro Bayu, setiap sore duduk berayun-ayun di kursi goyang kayu jati sambil memandang halaman belakang.

"Lagi memperhatikan Sutinah ya.....?" suara lembut Kanjeng Ratu Sunarsonowati telah membuyarkan untaian mozaik yang mulai mengembrio di benak lelaki gagah itu.

Sutinah, sedang asyik memasak di dapur, kasat mata tidak kelihatan seperti asisten rumah tangga umumnya. Perawakannya lebih jangkung dibanding kebanyakan wanita. Rambutnya sewarna kerlip-kerlip kemerahan bukan karena cat atau terlalu sering diterpa sinar matahari. Paling menarik adalah kulitnya.

Kulit Sutinah berwarna putih pucat ditumbuhi semak-semak bulu halus yang tampak berkejaran pada lengan tangannya, bukan sekedar halus kuning langsat seperti kulit tubuh istri Ndoro Bayu.

Rupanya bangsa Anglo-Saxon telah meninggalkan jejak genetik tersisa pada janda beranak satu itu. Dan benarlah kisah-kisah, tatkala para tuan tanah Eropa yang menjadikan perempuan pribumi selaku selir-selir pada masa lampau.

Nyonya Kanjeng Ratu sebagai wanita dengan perawatan masa kini patut merasa iri dengan kemolekan wanita yang lebih tua darinya itu. Rasa cemburu mendesak-desak dada manakala dilihatnya sang suami kepergok mencuri pandang kepada Sutinah.

"Lho ya Bune ini bagaimana toh? Ya tak pantas dong, menak seperti kita menurunkan pandangan mata kepada orang biasa! Lha wong Aku sedang menikmati pemandangan kebun belakang. Terutama pohon berbentuk kerucut dengan daun berwarna merah jambu itu".

Pohon buah langka! Pohon dengan hasil buah sekepalan tangan orang dewasa, bulat sewarna sawo dan muncul bergerombol. Gerombol-gerombol buah bergelantungan pada pokok pohon sampai ke bawah.

Setelah mengalami perontokan daun hijau tua akan tumbuh pucuk-pucuk berwarna merah muda keungguan. Sekumpulan daun merah muda yang membentuk kerucut raksasa menjulang setinggi sepuluh meter. Sebuah pemandangan indah yang tak berlangsung lama.

Warna merah muda keunguan berganti dedaunan menghijau. Menyembul bunga-bunga pada batang dan cabang-cabangnya. Tajuk bunga jantan pada cabang berguguran membentuk semacam karpet beludru hijau muda di atas tanah sekelilingnya. Sisa bunga betina pada batang melahirkan buah-buah kepel.

Dahulu kala, pohon buah kepel hanya boleh tumbuh di lingkungan keraton. Tabu bagi rakyat biasa menanamnya, apalagi memakan buahnya. Pemali!

Sebetulnya ada beberapa khasiat yang dirahasiakan selama berabad-abad.

Mengkonsumsi rutin daging buah yang terasa manis tersebut akan menghilangkan bau badan, menjadi anti-prespirant atau pengendali keringat secara alami bagi keluarga kerajaan.

Rahasia paling disembunyikan adalah: buah matang setelah diperam dicampur perasan daun sirih, kunyit, temu kunci dan sedikit kencur. Ramuan manjur yang menyebabkan wanita mengalami kemandulan sementara. Diminum sebelum dan setelah berhubungan badan dengan pasangan. Ramuan kontrasepsi alami yang hanya dikenal di lingkungan kerajaan.

Para garwa ampeyan, selir raja, biasa meminum ramuan itu agar tidak hamil. Menjaga daya tarik atau ketika merasa cukup memiliki anak dari raja. Demikian agar tugas menyenangkan raja tetap terjaga. Mememelihara kondisi tubuh, boleh jadi, demi lebih disukai raja dibanding selir lain. Dipanggil ke kamar menemani raja merupakan sebuah kebanggaan tersendiri.

Tanpa kentara, ekor mata Ndoro Bayu mengikuti lenggak-lenggok langkah Sutinah menuju rumah induk. Beberapa kali balik dan beberapa kali pula kerlingan lelaki itu menerawang tubuh semampai dari kejauhan.

Lelaki berusia melewati empat dekade itu kemudian beranjak dari kursi goyang kayu jati, turun ke lantai bawah menemui ruang makan.

"Ayo bune, makanan sudah tersaji. Aku lapar."

Hidangan lezat yang selalu ditunggu Ndoro Bayu.

Sutinah mahir mengolah bahan-bahan makanan menjadi masakan disukanya, berbeda dengan Nyonya Kanjeng Ratu yang tidak pernah menyentuh dapur. Selain itu, ia juga gesit merapikan rumah induk. Untunglah urusan halaman luas dan pepohonan menjadi tugas Mang Kardi, tukang kebun yang pulang hari.

Paviliun di halaman belakang tersebut ditempati Sutinah dan putri satu-satunya.

Dilihatnya Sekar, putri satu-satunya, sedang asyik meramu perasan sirih, kunyit, temu kunci dan sedikit kencur dicampur dengan buah kepel hasil peraman.

"Eh...nduk, sedang membuat apa? Dan buat siapa?"

"Membuat ramuan khusus dari buah kepel untuk Sekar minum setiap hari," ujar gadis yang baru lepas dari masa remajanya.

Sutinah terkesiap, "Disuruh siapa?"

Sekar menjawab polos, "Ndoro Bayu....."

Darah berhenti mengaliri wajah pucat Sutinah yang serta-merta memucat.

~~Selesai~~

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun