Ah...aku terlalu ge-er. Akulah yang terlebih dahulu merayu agar engkau mau selalu berdekatan denganku.
Kita memang berbeda usia, engkau belum lama lulus SMA berusaha meningkatkan kemampuan lebih. Sedangkan aku telah melampaui pendidikan tinggi dan mengikuti kursus Bahasa Inggris demi merayapi karir di sebuah perusahaan perdagangan. Sepuluh tahun perbedaan, berbeda pula generasi.
Tidak aneh ketika engkau masih menganggap dirimu sebagai remaja dan memandangku orang yang telah sangat dewasa. Engkau merasa lebih cocok berbagi kasih dengan pria seumur.
Aku terlanjur jatuh hati kepadamu. Diwaktuku yang nyaris telat untuk berumah-tangga, engkau muncul bagai telaga bening tempat menuntaskan dahaga bagi burung bangau penyendiri.
Perhatian pada pekerjaan membuatku abai menyegarkan jiwa dengan mengenal mahluk indah ciptaan Sang Maha Pemilik Segala Keindahan. Engkaulah mahluk indah itu.
Keteguhan hati untuk menjadikanmu sebagai dermaga asmara pertama dan terakhir melabuhkan kapal jatuh waktu telah meluluhkan hatimu, yang aku tahu terbuat dari cokelat manis.
Aku kerap membawakan cokelat berisi kacang mede. Engkau begitu riang menerimanya. Suatu kegirangan yang kemudian membuatku khawatir.
"Jangan kebanyakan, nanti terkena asam urat lho..!"
"Biarin. Kalau aku sakit, toh ada yang merawatku. Kamu.....".
Sebuah pengakuan aleman yang membuat hatiku sebagai cairan cokelat hangat mengolesi bibir merah merekah lalu meresap ke seluruh penjuru jaringan nadimu.
Hati kita meleleh, kemudian melebur menjadi satu ikatan suci.