Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dari Facebook Kutemukan Dirimu

30 Oktober 2019   16:15 Diperbarui: 30 Oktober 2019   16:28 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: pixabay.com

Aku mencari-cari diantara tumpukan daftar pertemanan Sonie, "Siapa tahu ada?" Enam ratus nama-nama dirunut, ada sejumlah nama sama tetapi wajahnya tidak ada kemiripan dengan yang kucari.

Beberapa belas tahun lalu Sonie adalah pengunjung setia cafeku, hampir setiap akhir pekan ia datang membawa istrinya. Aku sudah tidak mengelolanya sekarang, stamina semakin menua. Pak Sonie juga sudah tidak pernah kelayapan di dunia malam lagi, fokus kepada pekerjaannya sebagai Kepala Divisi Audit sebuah bank swasta nasional. Aku dan pak Sonie kemudian berteman di dunia maya, Facebook, karena jarak yang menjauhkan. Pak Sonie mengenalmu sebagai seorang teller rupawan yang doyan makan pete, berada di kantor pusat Karawaci.

"Hihihhi...." engkau mencubit perutku. Aku bergeser menjauh, tapi tak lama kemudian memelukmu kembali sambil bercerita.

Kutemukan lima nama Vinni, tidak satupun foto profilnya mencerminkan dirimu, bahkan dalam keadaan berusia tua sekalipun. Lima-limanya aku kirim pertemanan. Satu...dua...tiga...dan banyak hari berikutnya tidak ada jawaban. Baru setelah dua mingguan, nama Vinni AR menerima permintaan pertemanan. Fotonya adalah sebuah sketsa, bibirnya ditutup mawar merah muda, tapi sama sekali tidak menggambarkan dirimu, terdorong rasa penasaran aku kirim pesan melalui inbox:

"Hai... benarkah ini Vinni Handayani?"

"Betul, ini aku. Boleh minta nomor telepon? Aku mau tanya sesuatu. Bolehkah?".

Selanjutnya komunikasi disambung dengan percakapan via WhatsApp. Hari itu kerinduan terobati, pesan-pesan beterbangan melalui WA. Tetapi kita sama-sama tidak mau saling mengganggu kehidupan masing-masing. Aku mengkhawatirkan suamimu akan merasa curiga karena kamu terus saja menyenyumi telepon genggam, demikian juga pikirmu tentang diriku.

"Kenapa dulu kamu tinggalkan aku?" Pertanyaanmu menggantungkan jawaban. Masih ada hari-hari esok.

Dua puluh tahun silam aku melihatmu sebagai gadis sedap dipandang mata yang pernah aku temui. Barangkali itu yang disebut cinta pada pandangan pertama. Sebaga pegawai baru engkau berbaju putih mengenakan rok hitam. Aku tahu, saat itu hatiku menendang-nendang dada saking groginya bersalaman dengan jemari lentik nan halus.

Hari-hari berikutnya aku menunggu sampai dengan diturunkannya rolling door menutup toko serba ada itu. Berjalan bersamamu menuju tempat kontrakan adalah hal paling indah dalam hidupku. Hanya mengantar saja, karena jam sepuluh malam terlalu larut untuk bertamu. Senyum manismu mengantar kepulanganku yang enggan melangkah.

Langkahku menjadi sedemikian gegas saat mencarikan kost untukmu ke wilayah yang lebih dekat dengan tempat kerja barumu, bank swasta nasional itu. Sebuah tempat mungil yang layak dimuati seorang gadis elok. Engkau setuju.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun