Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Menitip Harapan pada Susunan Kabinet Kerja Jilid II

18 Oktober 2019   10:27 Diperbarui: 18 Oktober 2019   10:35 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika matahari merambat malas memanjat siang, sebuah sedan mungil berwarna abu-abu melintas. Seorang ibu muda, keelokannya menyempil dalam balutan busana tertutup, sekitar pukul 6:00 pagi berangkat menuju sebuah kantor pemerintahan.

Setelah usai menunaikan kehadiran di mesin dengan sistem finger print, segera ia kembali ke rumahnya --sejarak kurang dari satu kilo meter-- dengan sedan mungil abu-abu itu.

Berhenti sebentar, membelanjakan waktu di tukang sayur dan kemudian melakukan kegiatan-kegiatan kain yang tidak begitu jelas di rumahnya.

Barulah pada pukul sembilan lewat sedan mungil berwarna abu-abu tersebut kembali melintas balik kantor penuh dengan tanaman dibenderangi cahaya mentari yang mulai meninggi. Jemari lentik menyembul dari jendela mobil mengulurkan receh kepada pak ogah yang mulai lelah.

Hari Senin sampai dengan Jumat merupakan kesempatan saya memandang pengendara sedan mungil berwarna abu-abu empunya jari jemari putih nan lentik itu.

Dahulu, setiap pagi seorang pria berseragam Aparatur Sipil Negara berangkat ke kantor, menandai kehadirannya, lalu kembali pulang berganti kostum agar leluasa berangin mengendarai sepeda sampai menjelang siang. Sore hari mengenakan seragam lagi untuk kembali ke tempat kerja, menandai kepulangannya.

Sedemikian tertib ritual dilakukannya sampai dengan pria berbadan subur itu pensiun karena usia tua telah tiba. Misal-misal lain kerap saya temui, seperti mereka yang sedang ngopi di mpok nasi uduk sambil mendiskusikan jual-beli mobil pada jam kantor atau melakukan ihwal tidak berhubungan dengan pekerjaan demi menyia-nyiakan waktu.

Akan berbeda halnya jika terjadi di sebuah korporasi partikelir, dimana setiap karyawan diperlakukan sebagai aset produktif. Jumlah karyawan sedemikian efisien sehingga tiap-tiap orang yang terlibat di dalam sistem itu akan berbuat optimal untuk mencapai tujuan yang ditentukan pemilik perusahaan. Tentunya pemegang sero menginginkan pembagian deviden melimpah atas uang yang telah ditanamkan.

Demi pencapaian tujuan itu kemudian dipilihlah orang-orang unggulan yang memiliki kapabilitas untuk meraih hasil ditentukan. Pada gilirannya orang-orang profesional tersebut akan merekrut manajer-manajer atau kepala-kepala kantor yang mumpuni dalam merealisasikan kebijakan perusahaan di lapangan.

Manajemen pada akhirnya hanya akan menerima orang-orang terspesialisai sebagai karyawan. Sekumpulan orang yang mampu bergerak simultan dalam sebuah sistem.

Mereka bergerak terencana, bagaimana membuat perencanaan tidak sembarang dan realistis untuk mewujudkan tujuan. Suatu rencana yang diaktualisasikan menjadi tugas-tugas tertentu kepada masing-masing divisi atau departemen. Perencanaan dan aktualisasi dikonstruksi dengan pelaksanaan nyata, suatu penerapan riil yang membutuhkan disiplin, parameter dan kerja keras.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun