Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sabar Sajalah...!

9 Oktober 2019   08:50 Diperbarui: 9 Oktober 2019   08:54 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: pixabay.com

Tidak butuh lama, usaha yang ditinggalkan sempat hidup lalu padam. Berganti ikut teman yang mengiming-imingi laba berlipat, malah tumpukan kardus suplemen kesehatan menjadi debu.

Berbulan-bulan Sabar menyendiri, karena kehilangan sumber kebahagiaan dan keuangan. Setiap menyukai seorang wanita setiap itu pula ia patah hati. Setiap usaha bangkit lantas bangkrut. Sabar depresi, ia berkesimpulan: peluang untuk mendapatkan kebahagiaan dan kemakmuran telah sirna!

Seekor mahluk serba hitam menempelkan gigi bertaring, keluar dari sebuah kepala bertanduk, ke kuping Sabar: "mengapa ragu-ragu? Hanya tinggal melompat ke tengah rel maka kereta cepat segera melumatmu. Tidak akan terasa. Tidak akan terdengar apapun. Selesai pula penderitaanmu".

"Tapi..." Sabar menjawab.

"Tidak ada tapi tapian. Alasanmu ke sini karena hendak mengakhiri nasib sial. Kemalangan yang timbul dari kegagalan demi kegagalan dalam percintaan dan usaha. Penderitaanmu berasal dari asmara tak pernah sampai dan uang yang sudah ludes. Lihat! Kereta --yang akan membawamu kepada kematian yang indah-- telah pergi" cerocos mahluk itu.

Sabar menunduk bimbang.

Peri kecil melayang di telinga kanan berbisik lembut: "Apakah engkau memperhatikan suatu pola yang sama selalu terjadi dalam hidupmu?"

"Apakah itu...?" Sabar lesu.

Mahluk bertanduk mendekatkan gigi runcing ke kuping kiri, "Jangan dengarkan perkataannya. Bukankah sepanjang hidupmu sudah menderita? Ditinggal ayah, ditinggal ibu, ditinggal berkali-kali oleh mereka yang engkau cintai dan kehilangan peruntungan usaha. Memang nasib tidak pernah berpihak padamu. Ayo.....masih ada cara lain untuk mengakhiri semuanya...!!!"

"Yang menentukan nasib adalah dirimu sendiri", peri bersayap putih berbisik, "Setiap mengalami kegagalan, engkau merasa terpukul....depresi karena mengira itu merupakan kesempatan terakhir. Lalu muncul lagi peluang, engkau kejar dan gagal lagi.  Kemudian engkau jatuh cinta lagi, ditolak lagi. Ada peluang usaha lagi, bangkrut lagi. Lihat polanya...!"

Sabar menyimak. Mahluk bertanduk nampak kesal, mengetuk-ngetuk trisula ke jalan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun