Mohon tunggu...
Budi Kasmanto
Budi Kasmanto Mohon Tunggu... Penulis - Pendeta - Penulis - Jurnalis

Sejak 1994 bekerja sebagai pendeta di Bali. Tahun 2020-2022 menjadi pendeta di Manokwari, Papua Barat. Kini menetap di Bali dan fokus menulis. Bukunya berjudul "Panggilan Berkhotbah" diterbitkan oleh Penerbit ANDI Yogya. Sejak 2012 menjadi jurnalis Majalah Suara Baptis.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pendeta Berpolitik Andalkan Angka atau Karisma?

6 Oktober 2022   16:50 Diperbarui: 6 Oktober 2022   16:54 537
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anies Baswedan - Sumber voi.id

John Stott dalam bukunya "isu-isu Global Menantang Kepemimpinan Kristiani" menjelaskan tentang keterlibatan orang Kristen di bidang politik. Ia menyarankan agar orang Kristen memberikan sumbangsihnya yang konstruktif dalam suatu masyarakat yang pluralistik, dengan jalan memasuki perdebatan umum ... Yang amat dibutuhkan dewasa ini ialah pemikir-pemikir Kristen yang berani terjun dalam kancah isu-isu yang sedang digeluti dalam masyarakat masa kini.

Menurut John Stott, masyarakat kita dewasa ini mengalami problema-problema pelik, untuk dapat mendekatinya kita mesti mengembangkan akal budi Kristiani. Akal budi yang berdiri tegas atas landasan prinsip-prinsip Alkitab, dilengkapi dengan pengertian mendalam tentang kebenaran alkitabiah.

Peran pendeta dalam membimbing umat berkenaan dengan partisipasi mereka dalam pemilihan

Terkait dengan pemilihan, para pendeta atau pemimpin Kristen mempunyai tanggung jawab menyelidiki Kitab Suci untuk menemukan kriteria alkitabiah bagi calon pemimpin politik.

Alih-alih memobilisasi massa, memengaruhi atau bahkan memaksa jemaat untuk memilih seorang calon tertentu, lebih alkitabiah jika kepada jemaat diberikan kriteria-kriteria calon pemimpin yang layak mereka pilih.

Mari belajar dari Samuel ketika ia memilih Saul dan Daud sebagai raja Israel.

Ketika Samuel melihat Saul ia melihat seorang yang mempunyai kriteria seorang raja (lihat 1 Samuel 10:24). Samuel dan seluruh Israel melihat keunggulan-keunggulan manusiawi dalam diri Saul. Artinya, Saul dianggap seorang yang sempurna secara fisik dan penampilannya, sehingga tidak ada yang meragukan kemampuannya untuk menjadi raja. Lihat juga 1 Sam. 9:2.

Tetapi ternyata Saul ditolak Tuhan, dan kemudian atas bimbingan Tuhan Samuel memilih dan menetapkan Daud sebagai raja Israel.

Belajar dari kesalahannya memilih Saul, Samuel tidak lagi menerapkan kriteria manusiawi dalam memilih Daud. Samuel menolak saudara-saudara Daud, yang adalah para tentara, tetapi memilih Daud, seorang gembala. Bahkan ayahnya sendiripun berpikir bahwa Daud tidak cukup layak untuk menjadi raja.

Dari seorang pemimpin, Tuhan menghendaki kehidupan yang berintegritas dan dapat menjadi teladan bagi orang-orang yang dipimpinnya, seperti Daud bukan seperti Saul.

Pertanyaan penutup, atas dasar atau dengan kriteria apakah para pendeta tertentu memilih dan mendukung seorang calon pemimpin tertentu?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun