Tahun politik mulai terasa. Partai politik mulai secara terbuka mendeklarasikan dukungannya ke capres dan cawapres tertentu. Partai politik diharapkan bisa memanfaatkan tahun politik ini, untuk memberikan pendidikan politik kepada calon pemilihnya. Hal ini penting agar tahun politik ini tidak dipenuhi dengan sentimen kebencian, yang biasanya terjadi setiap memasuki tahun politik.
Seperti kita tahu, saat ini sudah ada nama-nama bermunculan terkait calon presiden dan calon wakil presiden. Berbagai manuver dilakukan partai politik, untuk saling mendapatkan dukungan. Bahkan tak jarang mereka saling hujat, karena sikap politik yang dianggap tidak sejalan. Ketika tidak sejalan lagi, disitulah biasanya akan muncul ujaran kebencian di media sosial. Dan ketika kebencian itu semakin masif, berpotensi dimanfaatkan oleh kelompok radikal, untuk membuat kondisi semakin tidak terkendali.
Kita semua tentu masih ingat dengan yang terjadi pada pilkada DKI beberapa tahun lalu. Antar sesama bisa saling seteru, saling caci, bahkan saling baku hantam hanya karena perbedaan pilihan politik. Sentimen agama sengaja dimunculkan, untuk membuat masyarakat terpecah belah. Karena sebagian besar masyarakat merasa isu agama menjadi isu yang sensitive.
Di tahun politik sekarang ini, hal tersebut diharapkan tidak terjadi. Namau capres yang muncul belakangan, seperti Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan, bukanlah orang yang tingkat literasinya rendah. Mereka berasal dari kalangan terdidik, yang bisa bersikap secara santun, dan saling menghargai keberagaman di negeri ini. Partai politik yang di belakangnya, semestinya juga bisa memberikan pendidikan politik yang baik ke masyarakat.
Sungguh sangat disayangkan, jika masih ada oknum elit politik atau partai politik, yang menggunakan cara-cara tidak baik untuk mendulang dukungan. Dan masyarakat diharapkan juga tidak mudah terprovokasi, dengan sentimen kebencian yang berkembang di tahun politik ini. Masyarakat harus membekali dengan informasi yang utuh, valid, dan obyektif.
Jika ada yang mengutip ayat-ayat suci, lihatlah berdasarkan konteksnya. Jangan serta merta mencernanya secara mentah-mentah apa adanya. Karena bisa jadi informasi yang disebarluaskan tersebut, meruakan berita bohong, yang didesain sedemikian rupa untuk kepentingan tertentu. Karena seringkal para oknum di tahun politik ini, juga memproduksi informasi yang menyesatkan, untuk menjatuhkan pasangan calon yang bertanding di tahun politik. Jika para pendukungnya tersinggung, berpotensi memunculkan kebencian-kebencian baru.
Mari cegah segala bentuk polarisasi politik di negeri ini. Jangan biarkan negeri yang kaya ray aini, hancur oleh ulah masyarakatnya sendiri. Jadikan tahun politik ini sebagai tahun untuk memperkuat literasi, berdiskusi, dan mencari pemimpin yang mengerti akan kebutuhan negeri. Bukan pemimpin yang mengerti kepentingan kelompok yang diusung.
Indonesia adalah negara besar. Butuh pemimpin yang cerdas, toleran, menghargai keberagaman tapi juga berani bersikap tegas. Karena tantangan kedepan bukanlah mudah. Karena itulah, mari tetap bersatu dan bergandengan tangan, membangun negeri ini dengan hal-hal yang sangat bermanfaat. Tinggalkan segala bentuk provokasi, yang justru bisa saling menghancurkan antar sesama. Salam.