Mohon tunggu...
budi prakoso
budi prakoso Mohon Tunggu... Wiraswasta - mari jaga kesehatan

seorang yang gemar berolahraga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Stop Sesat Pikir dalam Berpikir

10 Desember 2022   15:42 Diperbarui: 10 Desember 2022   15:47 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Damai - jalandamai.org

Ingatan kita mungkin masih belum bisa lepas dari tindakan intoleransi pencopotan label gereja yang dilakukan oleh ormas di wilayah bencana alam. Hal itu tentu mengganggu pikiran kita dan bertanyea-tanyea (gaya bertanya kekinian yang sedang viral) bagaimana tuduhan kristenisasi dilayangkan kepada Gereja Reformed Injili Indonesia yang memberikan bantuan kepada korban bancana alam gempa bumi Cianjur.

Tidak hanya di jalan kita dapat tersesat, dalam berpikir pun kita bisa tersesat. Keduanya sama-sama melelahkan, namun kalau sesat di jalan kita sendiri yang merasakan kelelahan karena harus menempuh jarak yang lebih jauh dan memutar, tapi kalau sesat dalam berpikir orang lain yang merasakan kelelahan atas kebebalan yang merupakan produk dari ego dalam kesesatan berpikir. Hal itu dikarenakan akal dan pikiran yang seharusnya dapat mencerna, mempertimbangkan dan dipergunakan sebagai filter dalam menyikapi situasi dan kondisi yang terpampang dihadapan kita menjadi tidak berguna sama sekali. Sangat sayang bukan? Bila akal dan pikiran hanya sebagai hiasan kepala.

Janganlah diri merasa lebih baik hanya karena merasa taat beribadah dan sudah berilmu, lantas merasa pantas menghakimi orang lain/pihak lain dengan alasan yang hanya berdasarkan pada asumsi semata bukan fakta atau data atau bahkan hanya karena ego pribadi. Hati-hati, kalau sudah begitu perihal suka atau tidak suka alias rasa benci bisa menjadi dasar penghakiman terhadap orang/pihak lain. Merasa diri melakukan tindakan atas nama agama maka mencaci, tindakan kekerasan, diskriminasi dan intoleransi menjadi sah untuk dilakukan namun tabayun yang seharusnya dikedepankan malah tereliminasi dari tindakan.  

Allah SWT dalam FirmanNya telah mengatakan bahwa setan adalah musuh yang nyata diantaranya dalam QS Al Baqarah [2] : 168 dan QS Fathir [35] : 6 untuk itu kita diperintahkan untuk memohon perlindungan Allah SWT dari tipu daya dan godaan setan dalam hal apapun terutama dalam beribadah dan menuntut ilmu. Jangan dipikir kalau sudah menjalankan ibadah dan mempunyai ilmu telah lepas dari jerat tipu daya setan.

Kisah manusia pertama yang menghuni surga bersama istrinya yang diceritakan dalam Firman Allah dalam QS Al A'raf [7] : 19-21 dapat menjadi pelajaran dan pengingat bagi kita semua bahwa setan adalah musuh yang nyata.

Dan (Allah berfirman), "Wahai Adam! Tinggallah engkau bersama istrimu dalam surga dan makanlah apa saja yang kamu berdua sukai. Tetapi janganlah kamu berdua dekati pohon yang satu ini. (Apabila didekati) kamu berdua termasuk orang-orang yang zalim." {QS Al A'raf [7] : 19}

Kemudian setan membisikkan pikiran jahat kepada mereka agar menampakkan aurat mereka (yang selama ini) tertutup. Dan (setan) berkata, "Tuhanmu hanya melarang kamu berdua mendekati pohon ini, agar kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal (dalam surga)." {QS Al A'raf [7] : 20}

Dan dia (setan) bersumpah kepada keduanya, "Sesungguhnya aku ini benar-benar termasuk para penasihatmu," {QS Al A'raf [7] : 21}

Setan tidak hanya sekadar membisikkan atau merayu, untuk menguatkan tipu dayanya tersebut, dia berusaha meyakinkan dengan bersumpah bahwasanya dia adalah penasihat yang benar-benar tulus yang menginginkan kebahagiaan Adam dan istrinya dan apa yang dinasihatkannya itu adalah benar.


Kisah tersebut dapat menjadi renungan kita bersama, apakah ucapan atau tindakan yang mengandung cacian, diskriminasi, intoleransi dan kekerasan adalah atas nama kebenaran (agama) atau kita sedang mengikuti nasihat setan yang sedang memanipulasi dosa menjadi sebuah kebaikan agar kita terjerumus bersamanya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun