Mohon tunggu...
budi prakoso
budi prakoso Mohon Tunggu... Wiraswasta - mari jaga kesehatan

seorang yang gemar berolahraga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berkurban Bentuk Kesalehan yang Harus Terus Diimplementasikan

16 Juli 2022   13:20 Diperbarui: 16 Juli 2022   13:21 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kurban - kedu.suaramerdeka.com

Kurban merupakan ibadah yang disyariatkan dalam Islam. Syariat ini sudah dijalankan sejak zaman Nabi Adam as dimana kedua putranya Habil dan Qabil mempersembahkan ternak dan buah-buahan sebagai bentuk kurban mereka pada saat itu. Pada zaman Nabi Ibrahim as perintah berkurban adalah dengan menyembelih putranya, Nabi Ismail as, lalu kemudian diganti dengan seekor kibas (domba) oleh Allah SWT.

erupakan bentuk kepasrahan seorang hamba kepada Allah SWT untuk mendekatkan diri kepada-Nya (taqarrub ilallah) namun sekaligus pendekatan sosial kemanusiaan dengan sesama. Kurban adalah wujud takwa dan cinta kasih vertikal maupun horizontal.

Allah berfirman dalam surat Al Hajj ayat 37 "Daging (hewan kurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaan kamu. Demikianlah Dia menundukkannya untukmu agar kamu mengagungkan Allah atas petunjuk yang Dia berikan kepadamu. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik." 

Ayat diatas menegaskan bahwa hanya ketakwaan seorang hamba yang sampai kepada Allah (vertikal) dan hewan kurban itu sendiri sebagai bentuk kesalehan sosial (horizontal) untuk berbagi kepada sesama. Sejatinya berkurban dengan menyembelih hewan dan membagikan dagingnya bukan untuk pencitraan dan riya sosial, seperti pamer kekayaan, tetapi untuk meningkatkan harkat dan martabat kemanusiaan.

Keikhlasan dan kepatuhan Nabi Ibrahim as dalam menerima dan menjalankan perintah Allah SWT untuk mengurbankan Nabi Ismail as patut kita teladani karena merupakan simbol keteladanan sosial paling tinggi yaitu untuk mengakhiri tradisi pengurbanan manusia.

Nabi Ismail as yang dikurbankan merupakan simbolisasi bakti suci dan cinta Ilahi sepenuh hati dari Nabi Ibrahim as, sebab Nabi Ismail as adalah kekayaan paling dicintai dan aset keluarga paling berharga bagi Nabi Ibrahim as. Dalam hal pengorbanan ini Nabi Ibrahim as dan Nabi Ismalil as telah berhasil menaklukan nafsu dan ego mereka serta berhasil menang dari godaan iblis dan syaithan yang berusaha menghalangi niat mereka. Mereka menentang, melawan godaan, mereka melempar syaithan-syaithan itu dengan batu-batu, itulah yang kemudian dinapaktilasi oleh umat Islam yang sedang berhaji di tanah suci dengan melempar jumrah. 

Godaan, rintangan dan tantangan selalu ada saja dari masa ke masa. Rintangan dan tantangan di abad globalisasi dan reformasi sekarang ini, semakin berat dan harus dihadapi dan diatasi seperti halnya menghadapi kasus-kasus kemanusiaan dan keindonesiaan khususnya seperti intoleransi yang dapat merusak hubungan sosial, terorisme yang menimbulkan dis-harmoni, ujaran kebencian yang dapat memecah belah, dan segala perbuatan yang mengancam perdamaian.

Melalui peneladanan pesan moral kurban yang dilakukan Nabi Ibrahim as, umat Islam diajak belajar menghargai HAM, karena sejalan dengan pesan nilai kurban. Hal tersebut juga selaras dengan pesan Nabi Muhammad SAW dalam haji wada yang pada intinya menyerukan aktualisasi hak-hak hidup (aman, damai, rukun, harmoni tanpa kekerasan), hak-hak properti, hak persamaan dan keadilan (di depan hukum dan di hadapan Allah, antidiskriminasi), dan hak-hak mendapat kehormatan dan kemuliaan.

Oleh karena itu, aktualisasi nilai-nilai kemanusiaan universal dalam rangka mewujudkan masyarakat dan bangsa yang damai, sejahtera, berkemajuan, berperadaban dan berkeadilan sosial merupakan pesan yang harus tertanam kuat dalam setiap insan di bumi pertiwi khususnya dalam setiap perayaan hari raya Idul Adha. Jadi, ibadah kurban bukan sekadar ritualitas tanpa makna tapi kaya akan kesalehan otentik. Ibadah kurban harus melahirkan etos perjuangan dan pengorbanan yang tulus demi aktualisasi nilai-nilai kemanusiaan dan keindonesiaan.

Dengan demikian, ibadah kurban sejatinya merupakan manifestasi dari keteladanan Nabi Ibrahim as dan Nabi Muhammad saw dalam mengeliminasi tragedi kelam kemanusiaan (tindak kekerasan, terorisme, perang, tirani kekuasaan, dll). Cukup hewan sembelihan yang dikorbankan, tidak manusia tidak juga kemanusiaan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun