Mohon tunggu...
budi prakoso
budi prakoso Mohon Tunggu... Wiraswasta - mari jaga kesehatan

seorang yang gemar berolahraga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pancasila, Penangkal Bibit Radikal Kaum Milenial

10 April 2021   07:43 Diperbarui: 10 April 2021   07:45 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Milenial Pancasila - jalandamai.org

Penyebaran bibit kebencian dan intoleransi di media sosial memang sudah tak terkendali. Semua orang bisa begitu vulgar saling caci dan maki, hanya karena persoalan yang sepele. Tanpa disadari, ketika amarah membabi buta, disitulah sebenarnya bibit radikalisme bisa dengan mudah masuk ke dalam alam bawah sadar kita. Logika menjadi tak terpakai, karena yang dijadikan dasar adalah pandangan subyektifnya saja. Tak heran jika semakin banyak orang merasa paling benar, paling bersih, paling suci, dan paling lainnya.

Jika diantara kita ada tanda-tanda seperti diatas, mungkin saatnya untuk introspeksi diri. Saatnya untuk kembali merenungkan jati diri kita, sebagai masyarakat Indonesia yang sangat menghargai keberagaman dan toleransi. Jika kita sudah merasa paling benar, ingat, kita adalah manusia yang mempunyai segudang kesalahan. Jangan merasa paling benar, karena kebenaran itu sejatinya milik Allah. Juga jangan menuduh orang lain salah, sesat atau kafir, hanya karena berbeda pandangan atau keyakinan. Bisa jadi, kita lebih salah, lebih sesat atau lebih kafir, dari orang yang kita anggap seperti itu.

Untuk itulah, jangan biarkan diri kita menjadi korban, yang mudah diombang-ambingkan oleh informasi yang menyesatkan. Di era digital ini, perlu kiranya memperkuat literasi antar sesama. Jika kita tidak melihat sebuah persoalan dari banyak sudut pandang, tentu kita akan dengan mudah terpapar radikalisme. Agar bisa terbebas dari bibit radikal, tentu diperlukan semangat untuk membangun penangkalnya. Salah satu penangkal yang efektif adalah menguatkan literasi, memahami agama secara utuh dan benar, dan menguatkan nilai-nilai kebangsaan. Kombinasi ketiganya akan menjadi penangkal yang Tangguh.

Salah satu contoh penangkal tersebut adalah Pancasila. Jika kita bisa menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, maka kita akan bisa terbebas dari paham radikal. Sila pertama mengajarkan kepada kita untuk senantiasa mengingat Tuhan YME. Tanpa campur tangan Tuhan, Indonesia tidak akan berkembang seperti ini. Mengingat Tuhan, artinya menjauhi segala larangan dan menjalankan segala perintahnya. Dan salah satu perintah-Nya adalah saling menghargai, saling menghormati, tolong menolong. Semuanya itu juga diajarkan dalam ajaran agama.

Sila kedua mengajarkan untuk saling memanusiakan. Artinya, manusia merupakan makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri. Karena itulah perlu saling interaksi antar sesama. Dan dalam interaksi tersebut, tentu diperlukan sikap saling memanusiakan, tidak boleh saling merendahkan, atau sikap negative lainnya.

Sementara itu, sila ketiga mengajarkan untuk tetap mengedepankan persatuan. Indonesia memang terdiri dengan banyak keragaman suku, budaya, bahasa dan agama. Namun dibalik keberagaman tersebut, kita semua sepakat tetap satu dalam bingkai negara kesatuan republik Indonesia. Dan semangat persatuan ini, harus menjadi tugas kita bersama untuk mewujudkannnya. Tanpa persatuan, kita semua tidak akan tumbuh seperti ini. Konflik antar sesama teman, berpotensi bisa terjadi.

Sila keempat mengajarkan untuk mencari solusi demi mendapatkan mufakat. Jika ada perbedaan pendapat, seyogyanya diselesaikan dengan cara musyawarah. Karena bermusyawarah ini juga merupakan budaya yang diajarkan oleh para leluhur. Dan yang terakhir, sila kelima, mengajarkan kepada kita untuk terus berbuat adil kepada siapa saja. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Jika kita semua bisa menjalankan kelima nilai sila tesebut, niscaya segala pengaruh buruk seperti radikalisme, intoleransi dan terorisme tidak akan menempel dalam pikiran kita sama. Semoga ini bisa jadi pembelajaran buat kita semua. Salam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun