Mohon tunggu...
budi prakoso
budi prakoso Mohon Tunggu... Wiraswasta - mari jaga kesehatan

seorang yang gemar berolahraga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Perlu Penyadaran untuk Redam Intoleransi dan Radikalisme Dunia Maya

5 Maret 2021   17:56 Diperbarui: 5 Maret 2021   18:08 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perdamaian Indonesia - jalandamai.org

Entah sampai kapan berakhir. Entah sampai kapan ujaran kebencian di media sosial ini bisa mereda. Faktanya praktek intoleransi digital ini masih terus terjadi hingga saat ini. Menjadi tugas kita bersama untuk mengurangi penyebaran konten menyesatkan tersebut. Dan menjadi tugas kita bersama pula, untuk terus menyebarkan pesan-pesan kebaikan, agar praktek intoleransi bisa berkurang di segala lini ruang-ruang maya yang sekarang ini banyak digemari oleh seluruh elemen masyarakat.

Tak dipungkiri, penyebaran ujaran kebencian masih saja terjadi. Praktek ini ini terus menyesuaikan perkembangan zaman. Dulu ketika era kemerdekaan, kita mengenal politik adu domba, yang membuat masyarakat tidak bisa bersatu dan saling curiga. Akibatnya, masyarakat harus hidup di era penjajahan dalam waktu yang lam. Sementara, di era yang serba modern ini, kita mengenal hoaks, kemudian kita juga mengenal hate speech. Semangatnya kurang lebih sama, untuk mengadu domba. Praktek adu domba ini pada dasarnya merupakan bagian dari praktek intoleransi. Terlebih jika didalamnya disusupkan sentimen SARA.

Karena dunia semakin berkembang, praktek intoleransi ini seringkali juga dimasukkan melalui ruang-ruang digital seperti media sosial. Bahkan, beberapa diantaranya ada yang membuat situs, blog, vlog, atau inovasi-inovasi lain. Konten yang dihadirkan pun tidak lepas dari kebencian, hoaks dan provokasi. Ada yang berisi tentang menyalahkan kebijakan pemerintah, ada yang menginginkan mendirikan negara khilafah, ada yang menyalahkan ini itu, dan provokasi untuk melakukan perbuatan yang intoleran. Dan semua konten-konten tersebut mengarah pada radikalisme. Karena memang itulah tujuan dibuatnya situs-situs radikal tersebut.

Kominfo sendiri sudah berkali-kali melakukan pemblokiran. Namun berkali-kali pula mereka kembali muncul. Karena kelompok ini juga paham betul dengan perkembangan teknologi. Sehingga mereka pun juga bisa memanfaatkan banyak celah, untuk menyebarkan konten-konten menyesatkan. Selain penutupan akun atau situs radikal tersebut, penutupan juga harus terjadi dalam diri kita sebagai bentuk penyadaran. Saatnya untuk menanamkan dalam diri, bahwa konten provokatif, konten intoleran dan radikal, tak perlu dibaca apalagi dipelajari.

Mari kita kembali kepada jalan yang diajarkan para pendahulu. Sebagai warga negara Indonesia, kita punya banyak nilai-nilai kearifan lokal yang bisa membentengi diri dari pengaruh buruk. Nilai-nilai seperti tenggang rasa, tepo seliro, dan toleransi semestinya bisa terus kita implementasikan dalam setiap ucapan dan tindakan.

Dengan mengimplementasikan dan menyebarkan kearifan lokal ini, diharapkan bisa menjadi penyadaran bersama. Bahwa Indonesia bukanlah negara konflik, dimana antar masyarakat terus memicu perselisihan. Indonesia adalah negara yang sangat beragam, yang bisa menghargai keberagaman dan toleransi. Bisa hidup berdampingan dalam keberagaman, tanpa harus mempersoalkan perbedaan latar belakang yang melekat di belakangnya.

Mari terus sebarkan konten-konten yang bisa memberikan inspirasi dan penyadaran baru, agar kita tidak lupa dari asal usulnya. Internet, media sosial, dan segala aktifitas yang terjadi di dunia maya, tidak boleh dinodai dengan bibit kebencian. Teknologi harus digunakan untuk kepentingan yang positif bagi masyarakatnya. Salam damai.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun