Mohon tunggu...
budi prakoso
budi prakoso Mohon Tunggu... Wiraswasta - mari jaga kesehatan

seorang yang gemar berolahraga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sebarkanlah Bibit Perdamaian, Jangan Sebar Bibit Kebencian

27 November 2020   06:02 Diperbarui: 27 November 2020   06:14 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Toleransi, Sumber gambar: YouTube Kitaumroh

Negara ini memang menjamin kebebasan menyatakan pendapat di muka umum. Undang-undang mengatur hal itu. Ini artinya, setiap orang boleh menyatakan pendapatnya ataupun mengkritik pemimpin atau kebijakannya di depan umum. Semuanya itu boleh dilakukan, asalkan tidak didasari rasa kebencian.

Mari kita lihat apa yang terjadi saat ini. Banyak orang berpendapat demokrasi di Indonesia sudah kebablasan. Semua orang bisa berargumentasi semaunya. Semua orang bisa mengatakan apa saja di di depan umum. Bahkan, provokasi dan kebencian juga sering menjadi tontonan yang vulgar di media sosial ataupun media massa.

Belakangan publik banyak membicarakan Rizieq Shihab, sepulangnya dari Arab Saudi. Tidak ada masalah terkait kepulangannya. Namun sejak keputusan pengikutnya menjembut di bandara, satu per satu persoalan itu muncul. Ribuan orang berkumpul di masa pandemic, menjadi perhatian semua pihak. Adanya kekhawatiran terjadinya klaster baru pun bermunculan.

Tak lama kemudian, RS menggelar pesta pernikahan dan peringatan Maulid Nabi dengan mendatangkan ribuan pengikutnya. Himbauan untuk mengedepankan protokol Kesehatan, seakan masuk telinga kanan keluar telinga kiri. Dan ironisnya, dalam himbauannya, masih juga seringkali menebar kebencian yang ditujukan ke pihak tertentu.

Kini, polemik jadi berkepanjangan ketika TNI menurunkan balaiho RS dan polisi mulai melakukan penyidikan, atas dugaan pelanggaran protokol Kesehatan. Jika nanti terbukti adanya tindakan pelanggaran pidana, apakah akan ada amarah dari pengikutnya? Kita semua mungkin bisa menebaknya. Karena hal semacam ini sudah sering terjadi.

Pada kesempatan ini, mari kita saling introspeksi. Covid-19 tidak pandang bulu, bisa mengenai siapa saja. Apapun agamanya, apapun latar belakangnya, bisa terpapar virus yang vaksinnya masih dicari ini. Dan salah satu cara untuk bisa mencegahnya adalah dengan menggunakan masker, menjaga jarak dan rajin mencuci tangan dengan sabun di air yang mengalir. Selebihnya jaga pola makan dan olahraga cukup agar imunnya tetap terjaga. Sederhana kan? Ayo kita lakukan.

Para tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh politik, siapapun itu, mari kita saling jaga dan saling menguatkan. Jangan saling melemahkan karena merasa mayoritas. Jangan pula saling menjelekkan karena merasa paling benar dan suci. Ingat, kita semua bersaudara. Tuhan menciptakan manusia beranekaragam. Karena keragamannya itu manusia dianjurkan untuk saling mengenal satu dengan yang lain, bukan saling caci ataupun menebar provokasi dan kebencian.

Mari menyebarkan bibit perdamaian, karena Indonesia adalah negara yang penuh dengan kedamaian. Mari sebarkan toleransi, karena pada dasarnya kita adalah pribadi yang toleran dan saling menghargai antar sesame. Jangan lagi merasa paling benar, paling suci, dan paling yang lain. Manusia adalah tempatnya salah. Dengan toleransi, saling mengingatkan dan menguatkan, kita akan bisa saling berdampingan dalam keberagaman. Salam damai.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun