Mohon tunggu...
budi prakoso
budi prakoso Mohon Tunggu... Wiraswasta - mari jaga kesehatan

seorang yang gemar berolahraga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hentikan Potensi Konflik, Pupuk Rasa Saling Percaya

22 Oktober 2020   22:57 Diperbarui: 22 Oktober 2020   23:01 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kita Indonesia, jalandamai.org

Dalam ajaran apapun, kita diajarkan untuk percaya. Ya, percaya terhadap Tuhan YME, percaya surga dan negara, percaya akan hari akhir, dan masih banyak lagi. Karena kita percaya ada neraka dan surga, maka segala ucapan dan perilaku harus dijaga. 

Harus memperbanyak berbuat baik. Harus menjalankan segala perintah dan meninggalkan segala larangan-Nya. Jika kita melanggar segala larangan-Nya, maka konsekwensinya adalah neraka. Jika kita menjalankan segala perintah-Nya, maka potensi untuk bisa masuk ke dalam surga lebih besar. Semuanya itu dibangun atas dasar rasa percaya.

Apa jadinya jika seluruh umat tidak percaya dengan segala ajaran agama-agama yang ada. Mungkin bumi ini akan dipenuhi dengan segala ketidakadilan. Semua orang bisa saling bunuh, saling merasa benar, dan bisa melakukan apa saja. Karena kita mempercaya segala yang diajarkan agama, maka perilaku kita lebih terjaga. Ucapan kita lebih tertata, dan sebagainya.

Dalam kehidupan sehari-hari, sebagai anak tentu kita harus percaya dengan apa yang diajarkan oleh orang tua. Apa yang diajarkan sejak kecil, akan berpengaruh pada kehidupan berikutnya. 

Karena kita orang tua memberikan ajaran yang baik, dan kita sebagai anak mempercayainya, maka kita pun akan tumbuh dan berkembang menjadi anak yang baik. Ketika kita percaya dengan guru, pengajar, dosen, kyai, tokoh agama, kita pun bisa menjadi pribadi yang terdidik, yang tetap mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan.

Dalam kehidupan yang lebih luas, dalam kehidupan bermasyarakat, hingga bernegara, memupuk rasa saling percaya sangat penting. Jika seorang pemimpin yang tidak percaya dengan stafnya atau yang dipimpin, maka pemimpin tersebut berpotensi menyalahgunakan kewenangan.

 Jika masyarakat sudah tidak mempercayai pemimpinnya, maka segala kebijakan yang diambil akan terus mendapatkan perlawanan. Karena itulah saling membangun rasa percaya juga penting dilakukan dalam kehidupan bernegara.

Jika diantara kita tidak saling percaya, maka potensi konflik akan sangat terbuka. Antar teman jika tidak saling percaya, maka akan selalu dipenuhi rasa saling curiga. 

Dalam rumah tangga, jika tidak dibangun kepercayaan, akan berpotensi terjadinya pertengkaran. Dalam sebuah perusahaan, tanpa ada kepercayaan kepada pimpinan, maka kita akan terus bersebaran. Jika kita tidak percaya pada pemerintah, maka yang terjadi adalah mosi tidak percaya. Segala kebijakan yang dilakukan dianggap salah.

Hal semacam ini sebenarnya sering ditunjukkan oleh kelompok radikal. Mereka tidak percaya dengan pemerintahan. Segala yang berseberangan dianggap sesat, kafir, dan bertentangan. 

Karena mendapat label sesat, mereka memberikan legitimasi sendiri untuk melakukan tindak diskriminasi antar sesama. Hal-hal semacam inilah yang kadang masih terjadi di negeri ini. Ketika unjuk rasa misalnya. 

Substansinya tidak mengedepankan kekerasan, namun implementasinya dalam unjuk rasa selalu berujung rusuh dan mengundang kekerasan. Semuanya itu terjadi karena tidak adanya rasa percaya, dan membiarkan diri kita dikendalikan oleh amarah. Karena itulah, mari kita belajar untuk saling menjaga kepercayaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun