Mohon tunggu...
budi prakoso
budi prakoso Mohon Tunggu... Wiraswasta - mari jaga kesehatan

seorang yang gemar berolahraga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berkurban, Belajar Berempati dan Berterima Kasih

31 Juli 2020   15:02 Diperbarui: 31 Juli 2020   14:53 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kurban - pekanbaru.tribunnews.com

Hari ini bertepatan dengan hari raya Idul Adha. Di hari ini umat muslim yang mampu dianjurkan untuk berkurban. Bentuk kurban ini adalah dengan menyembelih hewan ternak seperti kambing, sapi atau kerbau. 

Dagingnya kemudian dibagikan ke masyarakat yang membutuhkan. Semangat berkurban ini telah dicontohkan sejak zaman Nabi Ibrahim dan terus turun menurun hingga saat ini.

Banyak hal yang bisa kita jadikan pembelajaran dari semangat berkurban, khususnya di tengah pandemi seperti sekarang ini. Banyak orang berpikir di tengah pandemi ini yang penting menyelamatkan diri sendiri atau kelompoknya. 

Padahal di masa pandemi inilah semestinya kita bisa saling membantu, saling meringankan beban, saling berkurban untuk kepentingan yang lebih luas.

Apa yang dilakukan oleh petugas medis saat ini, merupakan bentuk 'kurban' yang bisa mereka lakukan demi mengurangi penyebaran virus. Yang dilakukan oleh aparat keamanan menjaga lingkungan, teritori negara atau wilayah yang lain, merupakan buntuk 'kurban' yang bisa mereka lakukan. Lalu, kurban seperti apa yang bisa kita lakukan? Mari kita introspeksi. Kurban merupakan bentuk ibadah baik yang dianjurkan.

Mari kita saling meringankan, saling membantu, dan saling menguatkan di tengah pandemi ini. Caranya pun bisa dilakukan dengan berbagai macam, menyesuaikan apa yang kita bisa. 

Saling meringankan di tengah pandemi ini juga merupakan bentuk 'kurban' yang bisa kita lakukan. Dengan berkurban, kita akan belajar untuk berbagi dan peduli terhadap lingkungan sekitar.

Dengan berbagi dan berempati kita akan belajar untuk saling memahami apa yang dirasakan oleh orang lain. Satu hal yang sering dilupakan manusia era modern seperti sekarang ini adalah, saling berempati dan memahami. 

Sikap individualistik dan egois seringkali masih hinggap dalam diri kita masing-masing. Provokasi dan ujaran kebencian yang merebak di media sosial, seringkali masih kita anggap sebagai kebenaran dan bisa menjadi pemicu perselisihan atau konflik.

Jika kita bisa saling berempati dan mengerti, tentu kita tidak akan menyebarkan informasi hoaks ataupun provokasi kebencian. Jika kita saling memahami, kita akan menganggap semua orang adalah saudara. 

Karena memang begitulah semestinya. Tuhan menciptakan bumi dan seisinya dengan berbagai macam keragaman. Karena itulah, saling menghargai keragaman itu sendiri penting dilakukan.

Tidak boleh mengedepankan ego. Jika kita diberi kelimpahan rezeki, harus kita bagi kepada siapapun. Tidak hanya kepada keluarga, tapi juga kepada sekitar kita. Jangan membiasakan terima tapi tidak pernah mengasih. Ilmu terima kasih harus diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. 

Jika kita hanya mau menerima tapi tidak mau mengasih, segala apa yang kita punya akan sia-sia tidak ada gunanya. Semoga kita selalu senantiasa berkurban, sebagai bentuk terima kasih kita atas segala yang telah diberikan Tuhan kepada kita. Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun