Mohon tunggu...
budi prakoso
budi prakoso Mohon Tunggu... Wiraswasta - mari jaga kesehatan

seorang yang gemar berolahraga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengawal Semangat "New Normal" di Tengah Pandemi

28 Mei 2020   03:07 Diperbarui: 28 Mei 2020   03:04 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
New Normal - bisnis.tempo.co

Baru saja mayoritas masyarakat Indonesia selesai menjalani ibadah puasa dan lebaran idul fitri. Semoga kita semua bisa mendapatkan berkah dan hidayah dari Tuhan, disaat menjalani puasa dan lebaran di tengah pandemi ini.

Banyak hal yang bisa kita jadikan pembelajaran. Diantaranya dengan tetap mengendalikan diri di masa pandemi, untuk tetap memperbanyak beraktifitas di dalam rumah. Bentuk pengendalian diri ini juga bisa dilakukan dengan tetap mengedepankan protokol kesehatan ketika kita beraktifitas di luar rumah.

Mengedepankan protokol kesehatan merupakan hal yang tak bisa dihindarkan di masa pandemi ini. Tidak mungkin juga kita akan berdiam terus di dalam rumah. Semuanya harus sinergis, antara pengendalian covid dengan pergerakan perekonomian.

Mari kita introspeksi. Tak perlu saling menyalahkan. Tak perlu saling mencari kejelekan. Karena dampak covid tak memadang apa latar belakang kita. Mau kaya atau miskin, semuanya bisa terkena. Perusahaan sebesar apapun, bisa gulung tikar karena covid.

Wacana 'new normal' memang terus disosialisasikan oleh pemerintah kepada seluruh masyarakat. Berdasarkan penelitian, virus corona memang tidak bisa serta merta hilang dari bumi ini. Namun, tidak bisa dipungkiri juga bahwa kasus positif covid di Indonesia masih terus bertambah.

Per 28 Mei 2020 saja, ada penambahan 686 kasus baru. Sehingga total kasus positi covid mencapai 23.851 kasus. Sementara jumlah yang dirawat mencapai 16.321, meninggal 1,473 dan sembuh 6,057.

Mari kita tetap mengedepankan semangat saling menghargai, saling berbagi, dan saling mengendalikan diri dalam menghadapi pandemi ini. Mari berikan pernyataan yang positif, agar kita semua tercerahkan. Stop lagi pernyataan yang bisa memicu terjadinya kebingungan masyarakat. Stop juga menebarkan informasi bohong, menyesatkan dan mengandung provokasi.

Yang diperlukan saat ini adalah membangun optimism, agar diantara kita masih bisa menjaga semangat dan harapan. Jika kita saling melemahkan dan saling menyalahkan, secara tidak langsung kita akan tumbuh menjadi bangsa yang kerdil.

Selama Ramadan kemarin, kita diajarkan untuk saling membangun kepedulian, kebersamaan dan bersolidaritas satu sama lain. Mari kita jaga semangat ini. Karena semangat semacam inilah yang diperlukan ketika 'new normal' benar-benar diberlakukan.

Mari kita introspeksi mulai dari diri kita sendiri. Janganlah melihat orang lain, sebelum melihat diri kita sendiri. Jika kita belum bisa mengedepankan protokol kesehatan, tak perlu protes orang lain yang belum mengedepankan protokol kesehatan. Karena hal ini tak akan ada ujungnya.

Ketika pemerintah menerapkan pengetatan, ketika itu sempat diprotes. Sekarang ketika ada wacana dilonggarkan, diprotes juga. Diminta social distancing, yang terjadi justru banyak yang berdesakan dan keluar rumah.

Sekali lagi, mari kita introspeksi agar bisa bersikap secara obyektif di masa pandemi ini. Hidup dengan protokol kesehatan merupakan keniscayaan. Karena itulah, mari kita lakukan hal tersebut, agar kita bisa bisa bertahan di tengah pandemi ini. Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun