Mohon tunggu...
budi prakoso
budi prakoso Mohon Tunggu... Wiraswasta - mari jaga kesehatan

seorang yang gemar berolahraga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Setop Prasangka Buruk, Salam Pancasila Simbol Toleransi

26 Februari 2020   08:03 Diperbarui: 26 Februari 2020   08:02 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Indonesia Satu - kompasiana.com

Ada sebagian orang yang mempermasalahkan seseorang mengucapkan salam kepada masyarakat yang berbeda agama. Ada yang melarang, tidak elok dan sebagainya. Namun dalam konteks Indonesia, hal tersebut sebenarnya wajar saja, karena kemajemukan di negeri ini begitu tinggi. Tidak hanya keberagaman suku dan bahasa, keyakinannya pun saling berbeda satu dengan yang lainnya.

Belakangan ini, warganet ramai memperbincangkan perihal salam Pancasila. Beredar kabar kepala badan pembinaan ideologi Pancasila (BPIP) Yudian Wahyudi, mengusulkan mengganti Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh diganti dengan Salam Pancasila. Usulan ini langsung mendapatkan reaksi dimana-mana. Berbagai alasan pun beredar dengan berbagai macam pertimbangan.

Keberadaan salam ini, dalam sejarahnya terus mengalami dinamika. Ketika kita bertemu orang lain ada yang mengucapkan selamat pagi, siang, sore atau malam. Tapi bagi yang muslim, mungkin akan lebih senang mengucapkan assalamu'alaikum. 

Bagi yang Kristen mungkin lebih nyaman dengan syalom atau salah sejarahtera bagi kita semua. Yang beragama Hindu, juga punya salam om swastyastu. Yang beragama Budha punya salam Namo Buddhaya. Dan penganut Konghucu punya salam kebajikan.

Tak jarang pula, para petinggi negara, tokoh ataupun politisi, mengucapkan semua salam tersebut. Tidak ada yang protes terkait pengucapan semua salam tersebut. Karena pada dasarnya semua salam mempunyai arti yang positif. 

Munculnya salam Pancasila, hanyalah dalam konteks merangkul semua keragaman yang ada, bukan untuk tujuan menghilangkan budaya salam yang ada. Apalagi nilai-nilai semua agama yang ada di Indonesia juga terkandung dalam Pancasila.

Semangat awal membangun negeri ini tidak pernah menghapus perbedaan. Semangat yang masih terus dijaga hingga saat ini adalah semangat untuk merawat perbedaan tersebut. Menyatukan keberagaman itulah yang kita lakukan saat ini dengan tetap mengedepankan semangat toleransi. 

Karena nilai-nilai Pancasila tidak pernah menghapus identitas apapun yang menjadi karakter dari setiap keragaman tersebut, tak terkecuali setiap suku atau agama yang mempunyai salam yang berbeda.  

Presiden Soekarno pernah mengatakan, "Sebagai orang Islam, saya menyampaikan salam Islam kepada saudara-saudara sekalian, Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarkatuh. 

Sebagai warga negara Republik Indonesia, saya menyampaikan kepada saudara-saudara sekalian, baik yang beragama Islam, baik yang beragama Hindu-Bali, baik yang beragama lain, kepada saudara-saudara sekalian saya menyampaikan salam nasional, Merdeka!". Mari kita belajar dari Soekarno. Salam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun