Mohon tunggu...
budi prakoso
budi prakoso Mohon Tunggu... Wiraswasta - mari jaga kesehatan

seorang yang gemar berolahraga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Harmoni Agama dan Pancasila, Wujudkan Peradaban yang Ideal

17 Februari 2020   07:44 Diperbarui: 17 Februari 2020   07:48 411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pancasila - geotimes.co.id

Tak dipungkiri, keberagaman di Indonesia telah melahirkan pula keragaman pola pikir dan pandangan. Antar daerah pun juga mempunyai kearifan yang berbeda. Keragaman inilah sebenarnya yang membuat Indonesia tumbuh menjadi negara besar, jika memang bisa dikelola dengan baik. Namun dalam perjalanannya, seringkali keberagaman ini disalah artikan dan dianggap sebagai sumber persoalan. Keberagaman yang ada saat ini dinilai tidak sesuai dengan masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam.

Entah kenapa pandangan yang salah ini, masih saja sering dimunculkan di dunia maya. Propaganda kelompok radikal memang masih masif di dunia maya. Hal ini seringkali dilakukan untuk membuat 'kegaduhan' di masyarakat, yang tingkat literasinya masih rendah. Akibatnya, informasi bohong yang penuh dengan provokasi tersebut, seringkali dianggap sebagai sebuah kebenaran oleh masyarakat.

Betul bahwa mayoritas masyarakat Indonesia beragama Islam. Betul pula bahwa Indonesia merupakan negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Namun, bukan berarti segalanya harus didasarkan pada kondisi mayoritas. Ingat, di Indonesia juga masih ada masyarakat yang memeluk agama lain, masih ada masyarakat yang mempercayai aliran kepercayaan. Keyakinan tiap orang berbeda-beda. Karena itulah, para pendiri negeri ini tidak menjadikan agama tertentu menjadi dasar negara.

Para pendiri bangsa lebih memilih Pancasila sebagai dasar negara, karena bisa merangkul semua keragaman suku, budaya, agama dan bahasa yang ada di Indonesia. Pancasila juga mampu merangkul nilai-nilai kearifan lokal yang ada. Dan terbukti, setelah Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945, nilai-nilai dalam Pancasila berhasil menyatukan seluruh masyarakat Indonesia dengan berbagai kepentingan yang ada.

Dalam perjalanannya, kelompok radikal seringkali melontarkan pendapat yang membuat kita tidak habis pikir. Mereka seringkali membangun opini yang menyesatkan. Pancasila dianggap kafir, thogut dan segala macamnya. Bendera merah putih dianggap seperti berhala dan tidak boleh hormat. Padahal, tidak ada satupun yang menganggap bendera semacam berhala atau semacamnya. Hormat merupakan bentuk penghargaan kepada jasa para pahlawan yang telah berjuang merebut kemerdekaan.

Penting kiranya untuk terus melusurkan semua ini. Mari kita perkuat kembali tali silaturahmi antar sesama. Jangan sibuk menebar kebencian, jangan sibuk mencaci maki hanya karena berbeda. Ingat, perbedaan itu merupakan anugerah dari Tuhan yang harus kita jaga. Karena Tuhan menciptakan manusia dan seisi bumi ini saling berbeda satu dengan yang lain.

Dan Islam, meski berkembang pesat di Indonesia, selalu saja bisa berkolaborasi dengan yang lainnya. Dalam sejarahnya, Islam telah berhasil berakulturasi dengan agama dan budaya apapun. Dan jejaknya pun masih bisa kita lihat hingga saat ini.

Karena itulah, memperkuat harmoni antara agama nilai nilai-nilai kearifan lokal yang ada dalam Pancasila, menjadi sebuah kenicayaan. Tak perlu lagi dipertentangkan, karena memang tidak ada yang dipertentangkan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun