Mohon tunggu...
budi prakoso
budi prakoso Mohon Tunggu... Wiraswasta - mari jaga kesehatan

seorang yang gemar berolahraga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tak Perlu Ada Intimidasi dalam Dunia Pendidikan

14 Januari 2020   07:31 Diperbarui: 14 Januari 2020   07:28 721
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sekolah - mimoza.tv

Sekolah merupakan tempat untuk belajar segala hal. Para siswa harus bisa belajar tentang apa saja di sekola dengan tenang dan nyaman. Salah satu yang perlu dipelajari dalam sekolah adalah belajar toleransi. 

Apa itu toleransi? Belajar saling menghargai keberagaman, menghargai perbedaan, dan tidak memaksakan kehendak pribadi ke orang lain. Toleransi juga mengajarkan kepada kita untuk tidak melakukan kekerasan kepada orang lain. Nilai-nilai inilah yang dipelajari di sekolah dan keluarga.

Berbicara tentang toleransi di dunia pendidikan, semestinya hal yang wajib terjadi. Namun beberapa hari terakhir ini, media ramai memperbincangkan dugaan intimidasi siswa ke siswa yang lain, karena siswa tersebut tidak menggunakan jilbab ketika di sekolah. Perilaku semacam ini semestinya tidak terjadi. Karena sekolah pada dasarnya tempatnya belajar untuk saling menghargai. 

Apalagi Indonesia merupakan negara dengan tingkat perbedaan yang sangat tinggi. Kemajemukan yang terjadi di Indonesia, harus dihargai karena itu merupakan bagian dari anugerah Tuhan YME.

Praktek intimidasi karena tidak menggunakan jilbab ini, jika benar terjadi tentu sangat disayangkan. Intimidasi merupakan bentuk dari intoleransi. Jika sedari kecil siswa sudah terpapar bibit intoleransi, dikhawatirkan akan rawan terpapar bibit radikalisme. Kalau sudah terkena radikalisme, akan dengan mudah masuk ke jaringan terorisme.

Lembaga pendidikan merupakan tempat membentuk karakter siswa agar menjadi pribadi yang toleran, suka menolong tapi tetap inovatif. Lembaga pendidikan juga merupakan tempat untuk memupuk empati dan kepedulian antar sesama.

Tak dipungkiri, bibit intoleransi sudah mulai mengganggu lembaga pendidikan di tanah air. Berbagai survey menyatakan, bahwa bibit intoleransi masuk seiring dengan menguatnya propaganda radikalisme di dunia maya ataupun nyata. 

Pelaku penyebaran bibit radikal di lembaga pendidikan ini pun juga bervariasi. Berdasarkan banyak pemberitaan di media, mulai dari guru, hingga siswa banak yang menjadi pelaku ataupun korban. Eksklusivisme menjadi merebak di sebagian lembaga pendidikan. Perbedaan menjadi bukan hal yang lumrah lagi.

Dan pekan kemarin, di salah satu sekolah di Sragen, Jawa Tengah, seorang siswa mengeluhkan karena telah mendapatkan intimidasi temannya, hanya karena dirinya tidak berjilbab. Intimidasi tersebut diduga dilakukan oleh siswa yang ikut ekstra kurikuler keagamaan di sekolahnya. 

Semoga tidak kedepannya tidak terjadi lagi perilaku semacam ini. Lembaga pendidikan harus netral dari segala kepentingan dan pengaruh buruk, tak terkecuali penyebaran bibit intoleransi dan radikalisme di sekolah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun