Mohon tunggu...
budi prakoso
budi prakoso Mohon Tunggu... Wiraswasta - mari jaga kesehatan

seorang yang gemar berolahraga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Selamatkan Generasi Muda dari Doktrin Radikalisme

18 November 2019   07:29 Diperbarui: 18 November 2019   07:26 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lawan Radikalisme - jalandamai.org

Belakangan ancaman teror kembali muncul. Densus 88 pun kembali aktif melakukan penangkapan terduga teroris di sejumlah tempat. Mungkin banyak yang bertanya, bagaimana seseorang bisa terpapar radikalisme? Tentu saja seseorang menjadi teroris tidak datang tiba-tiba. Ada sebuah proses yang dirasakan. Dan salah satu proses yang tidak dirasakan adalah doktrin kekerasan dan kebencian yang seringkali bisa kita temukan di media sosial. Ujaran kebencian yang berkali-kali muncul, secara tidak sadar telah mempengaruhi alam bawah sadar orang lain. Dan narasa kekerasan inilah, yang menjadi cikal bakal aksi kekerasan ataupun aksi terorisme.

Di era teknologi ini, memang tidak mudah untuk mencegah aktifitas seseorang untuk mengunggah tulisan, visual, ataupun video di media sosial. Untuk itulah, perlunya upaya untuk terus mengingatkan agar unggahan di media sosial, lebih adem, lebih mengedepankan kepentingan publik, dan tidak provokatif. Kenapa ini penting? Karena saat ini banyak diantara kita menyebarkan informasi di media sosial, tanpa melakukan cek dan ricek terlebih dulu. Akibatnya, budaya sharing tanpa saring ini, menjadi kebiasaan buruk yang terus berulang.

Kebiasaan sharing tanpa saring inilah, yang sering dimanfaatkan oleh kelompok radikal untuk terus menyebarkan propaganda radikalisme. akibatnya, perilaku saling membenci, saling mencari kejelekan orang lain dan saling mencari kesalahan, seringkali kita saksikan dalam kehidupan sehari-hari. Tentu saja, perilaku semacam ini sungguh sangat disayangkan. Semestinya diantara kita bisa saling menghargai, saling tolong menolong dan saling menghormati, berubah menjadi saling membenci hanya karena terprovokasi pesan menyesatkan di media sosial.

Mari kita belajar dari apa yang telah terjadi. Berawal dari bibit kebencian, kemudian berubah menjadi perilaku intoleran. Berawal dari ujaran kebencian, kemudian berkembang menjadi persekusi, dan pada tingkat yang ekstrim melakukan aksi teror. Dan hal ini pun banyak diakui oleh pelaku teror, yang saat ini didominasi oleh anak --anak muda. Berawal dari media sosial, mereka kemudian meyakini pemahaman radikalisme yang sesat tersebut. Keyakinan mereka itulah yang mengantarkan mereka pada jaringan radikal dan berani melakukan perilaku radikal.

Kita harus menyadari, para pelaku tindakan intoleran dan radikal ini, merupakan korban. Mereka menjadi radikal karena merupakan korban dari doktrin radkalisme di dunia maya. Mereka menjadi korban karena tidak ada pihak-pihak yang mencoba mengingatkan. Mari kita saling introspeksi. Tidak perlu saling membenci. Manusia adalah merupakan tempat melakukan kesalahan. Karena itulah, menjadi tugas kita untuk saling mengingatkan satu dengan yang lainnya. Karena memang begitulah yang dianjurkan dalam ajaran agama.

Generasi muda adalah generasi penerus bangsa, yang tidak boleh jatuh ke tangan yang salah. Generasi penerus harus ramah, bukan pemarah. Generasi penerus harus toleran, bukan intoleran. Dan generasi penerus harus merangkul, bukan pemukul. Kita adalah Indonesia dan Indonesia adalah kita. Keberagaman dan toleransi antar umat beragama, merupakan bagian dari budaya kita sebagai masyarakat Indonesia. Menjadi tugas kita bersama untuk terus mempertahankan, agar propaganda radikalisme di dunia maya bisa kita minimalisir. Salam damai.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun