Baru saja, para generasi milenial di Indonesia mulai memasuki lembaga pendidikan baru, di tahun ajaran baru ini. Yang dari SD naik ke SMP, dan seterusnya hingga ke perguruan tinggi.Â
Setelah dari perguruan tinggi ada yang melanjutkan bekerja, tapi ada juga yang terus melanjutkan S2, S3 dan seterusnya. Sebagai orang tua, kita harus bisa memastikan anak-anak belajar di tempat yang benar. Pihak sekolah ataupun kampus juga harus memastikan, bahwa para pengajarnya tidak terpapar bibit radikalisme dan intoleransi.
Kenapa kita perlu untuk terus mengingatkan? Karena bibit intoleransi dan radikalisme telah memasuki lembaga pendidikan. Dari level pendidikan anak usia dini (PAUD), sekolah dasar, SMP, SMA hingga perguruan tinggi, perlu ditemukan adanya peredaran bibit radikal.Â
Di level PAUD, pernah ditemukan buku-buku bacaan berisi ajaran untuk melakukan jihad dengan cara bom bunuh diri. Buku tersebut sempat ditarik. Di level SMP dan SMA, juga banyak ditemukan bibit radikal masuk ke kelompok belajar siswa.Â
Bahkan guru di beberapa daerah juga ditemukan mengajarkan radikalisme. Begitu juga di level perguruan tinggi, juga pernah ditemukan hal serupa.
Lembaga pendidikan harus bersih dari bibit radikalisme dan intoleransi. Jangan sampai lembaga pendidikan yang harusnya bisa menjadi generasi yang toleran, generasi yang cerdas, berubah menjadi generasi yang suka mengkafirkan orang lain, ataupun generasi yang suka menebar kebencian.Â
Apakah ini berlebihan? Tidak. Karena faktanya, para pelaku intoleransi dan radikalisme, bahkan terorisme, masih didominasi anak-anak muda. Mereka memang sengaja menjadi sasaran penyebaran radikalisme di Indonesia.
Ajaran baru merupakan momentum bagi orang tua dan lembaga pendidikan, untuk meneguhkan komitmennya menjaga anak-anak muda agar terbebas dari bibit radikalisme.Â
Karena penyebaran radikalisme dan intoleransi, saat ini bisa dilakukan dengan apa saja dan kapan saja. Terlebih di era kemajuan teknologi seperti sekarang ini, semakin mudah untuk dilakukan.Â
Salah satunya menyebarkan melalui media sosial. Namun, di dalam lembaga pendidikan juga masih melakukan pola-pola yang sifatnya konvensional. Bahkan ada juga tempat ibadah yang digunakan oleh oknum tertentu, untuk menyebarkan bibit radikal kepada murid atau mahasiswa baru.
Menjadi tugas kita bersama untuk terus mengingatkan, mengingatkan dan mengingatkan. Tetap jalin komunikasi dengan anak-anak, agar mereka tetap masih merasa diperhatikan oleh keluarganya.Â