Mohon tunggu...
budi prakoso
budi prakoso Mohon Tunggu... Wiraswasta - mari jaga kesehatan

seorang yang gemar berolahraga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

74 Tahun, Proses Panjang Indonesia Melawan Radikalisme

13 Agustus 2019   06:34 Diperbarui: 13 Agustus 2019   09:22 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lawan Radikalisme - jalandamai.org

Indonesia memang telah 74 tahun merdeka. Namun di usia yang sudah tidak muda itu, tentu saja jalan Indonesia tidak sepenuhnya mulus. Salah satu yang masih menjadi ancaman bagi Indonesia adalah, bibit intoleransi, radikalisme da terorisme. 

Virus jahat itu telah menyusup ke setiap sendi masyarakat melalui kecanggihan teknologi. Tidak hanya mengganggu masyarakat, radikalisme dan terorisme juga bisa mengganggu keutuhan bangsa.

Indonesia punya sejarah dengan bibit radikalisme. Dulu pernah ada kelompok JI, yang telah melahirkan sejumlah teror bom di Indonesia. Mulai bom Bali hingga bom Marriot di Jakarta. 

Korban yang berjatuhan akibat aksi terorisme ini tidak lah sedikit. Beberapa tahun kemudian, para petinggi JI banyak yang ditangkap. 

Ada yang dihukum puluhan tahun, seumur hidup, hingga hukuman mati. Namun bibit radikalisme dan terorisme tidaklah matih, terus berkembang menyesuaikan perkembangan zaman.

Muncullah kemudian ISIS, yang sempat membuat sejumlah negara termasuk Indonesia pusing. Teror yang dimunculkan tidak lagi mengandalkan keahlian dalam merakit bom. 

Teror yang dilakukan kelompok ini mulai beragam. Ada yang dilakukan dengan menusukkan pisau, menembak secara brutal, menabrak korban dengan kendaraan, ataupun perilaku lain yang mungkin tidak pernah kita duga sebelumnya.

Kelompok ini kemudian tumbang, namun masih terus melahirkan bibit-bibit baru. Ujaran kebencian yang terus menyebar melalui dunia maya, bisa menjadi bom waktu yang sewaktu-waktu bisa meledak. Ujaran kebencian telah melahirkan bibit intoleransi dan radikalisme, bahkan terorisme. 

Tak cukup disini. Kelompok ini juga seringkali mempublikasikan aksi teror di media sosial. Bahkan juga menebar propaganda dan cara-cara merakit bom di dunia maya. 

Akibatnya, tidak sedikit oknum masyarakat yang memanfaatkannya. Lahirlah aksi lone wolf, yang kemudian menjadi ancaman baru bagi Indonesia.

Berkembang lagi, bibit radikalisme dan terorisme juga tidak hanya menyusup ke kalangan dewasa, tapi juga mulai menyusup ke anak-anak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun