Mohon tunggu...
budi prakoso
budi prakoso Mohon Tunggu... Wiraswasta - mari jaga kesehatan

seorang yang gemar berolahraga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Anak Muda Rentan Terpapar Radikalisme di Media Sosial

23 April 2019   07:14 Diperbarui: 23 April 2019   07:20 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perkembangan teknologi di era milenial ini berjalan begitu cepat. Dunia digital telah memudahkan generasi saat ini, untuk mengakses informasi dan melakukan berbagai aktifitas lainnya. Namun, tidak semua merespon perkembangan digital ini secara positif. 

Masih saja ada pihak-pihak yang memanfaatkan perkembangan teknologi informasi, untuk menyebarkan provokasi dan bibit radikalisme di media sosial. Praktek semacam ini ini sebenarnya sudah dilakukan oleh simpatisan ISIS, ketika mulai terdesak beberapa tahun lalu. Kenyataannya, penyebaran propaganda radikalisme di dunia maya masih terjadi hingga saat ini.

Beberapa hari yang lalu, perhatian dunia tertuju pada ledakan bom di Sri Lanka. Ledakan di beberapa tempat itu telah membuat ratusan orang tak berdosa meninggal. 

Beberapa saat setelah kejadian, pemerintah setempat melakukan pemblokiran beberapa media sosial. Hal ini dilakukan agar aksi teror tersebut tidak mudah terblow up di media sosial. 

Karena menebar teror di media sosial, juga menjadi bagian teror itu sendiri. Dan hal ini bisa memicu terjadinya kepanikan secara meluas. Penyebaran di media sosial, juga bisa menjadi pemicu terjadinya aksi-aksi teror selanjutnya. Karena begitulah yang terjadi selama ini.

Hal yang sama juga pernah terjadi di Indonesia. Hampir semua praktek pengeboman yang terjadi di Indonesia beberapa tahun belakang ini, koordinasinya dilakukan melalui media sosial. 

Setelah kejadian, media sosial pula yang digunakan kelompok ini untuk menarik simpati publik, dengan memunculkan hoaks dan informasi yang salah. Dan pelaku teror belakangan ini, lebih banyak didominasi oleh anak-anak muda. Dan anak-anak yang mulai terpapar bibit radikalisme melalui media sosial, juga banyak didominasi anak muda. Kenapa bisa? Karena mayoritas pengguna media sosial adalah anak muda.

Untuk itulah, diperlukan kewaspadaan dari kita semua. Kemajuan teknologi informasi bisa memberikan dampak positif, tapi sekaligus juga bisa memberikan dampak negative. 

Tergantung bagaimana kita menggunakannya. Perkembangan teknologi informasi memang menjadi sebuah keniscayaan, dan kita tidak bisa menghindarinya. 

Kita harus terus mengingatkan. Bahwa media sosial itu ada untuk membantu menusia dalam berinteraksi satu dengan yang lain, bertukar informasi, menyebarkan informasi yang positif, bukan digunakan untuk menebar teror. WA group dibuat untuk memudahkan koordinasi dengan teman kantor atau untuk urusan tertentu, bukan digunakan sebagai private group untuk merencanakan teror.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun