Mohon tunggu...
budi prakoso
budi prakoso Mohon Tunggu... Wiraswasta - mari jaga kesehatan

seorang yang gemar berolahraga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Galakkan "Kampanye Putih" Jelang Pilkada dan Pilpres

2 Maret 2018   06:58 Diperbarui: 4 Maret 2018   15:25 1397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Stop Kampanye Hitam - nasional.sindonews.com

Seiring dengan perkembangan teknologi yang begitu pesat, dunia maya memang terus menawarkan berbagai inovasi. Apalagi, media sosial juga terus menawarkan berbagai kemudahan dan kenyamanan. Kondisi ini juga diperkuat dengan semakin menjamirnya smartphone yang terus berganti-ganti. Masyarakat pun akhirnya semakin dimudahkan.

Tidak hanya kalangan dewasa, tapi juga kalangan anak-anak. Mereka semua telah kecanduan yang namanya gadget ini. Fakta inilah yang kemudian sering dimanfaatkan semua orang, untuk mewujudkan kepentingannya, termasuk untuk memenangkan pilkada dan pilres.

Apa hubungannya antara pilkada, pilpres dan media sosial? Saat ini, jumlah pemilih milenial lumayan besar. Bahkan dalam penentuan pasangan calon, partai politik harus mempertimbangkan calon yang bisa diterima oleh generasi milenial. Tak heran, jika pola kampanye pun juga mulai marak dilakukan di media sosial.

Live di medsos merupakan salah satu bentuk kampanye yang efektif dan murah. Peningkatan pemilih milenial inilah, yang akhirnya juga membuat banyak pihak harus melek teknologi. Penyebaran berbagai informasi, janji politik, bisa dilakukan di media sosial. Bahkan, tidak sedikit pula yang melakukan 'kampanye hitam' di media sosial.

Di awal tahun 2018, salah satu paslon mundur gara-gara kampanye hitam. Beberapa pekan kemarin, mulai ramai provokasi orang gila menyerang ulama. Penyerangan ini kemudian diarahkan seakan-akan merupakan kebangkitan komunisme. Lama-lama, arahnya menyerang pemerintah karena dianggap tidak mampu melindungi ulama.

Penangkapan Muslim Cyber Army (MCA), yang terbukti menyebarkan berita hoax, semestinya harus bisa dikejar sampai ke otak pelaku. Belajar dari pengungkapan kasus Saracen pada pilkada DKI Jakarta waktu lalu, tidak terungkap siapa otak pelaku yang memesan jasa Saracen ini.

Masyarakat diharapkan juga bisa melihat secara cerdas. Sebaiknya membekali diri dengan informasi yang valid, pemahaman agama yang benar, dan pemahaman kebangsaan yang tepat. Dengan informasi yang valid, kita tidak akan mudah diombang-ombing oleh hoax yang menyesatkan.

Dengan cek dan ricek, menguatkan literasi media, maka kita akan dengan mudah mendapatkan informasi yang valid dan terpercaya. Lalu, kenapa perlu pemahaman agama yang benar? Karena saat ini banyak sekali provokasi SARA bermunculan. Sentimen agama dibawa untuk mendulang dukungan. Sayangnya, tak jarang sentimen tersebut justru disusupi bibit kebencian. Akibatnya, masyarakat yang tidak mempunyai pemahaman agama yang benar, rawan juga terprovokasi.

Dan kenapa perlu pemahaman kebangsaan yang tepat? Karena Indonesia adalah negara besar, yang mempunyai banyak suku dan budaya. Jika kita tidak bisa tetap bersatu, berdampingan dalam keberagaman, yang terjadi adalah saling bermusuhan antar sesama. Indikasi itu sudah terlihat ketika ujaran kebencian bernada SARA mulai bermunculan. Jika kita mempunyai semangat menjaga NKRI, maka provokasi yang menyebar itu tidak akan masuk dalam pikiran.

Jika secara pribadi kita bisa melakukan itu semua, saatnya harus membantu masyarakat luas agar tidak mudah terprovokasi. Bagaimana caranya? Lakukan kampanye putih. Sebarkan pesan-pesan damai yang bisa menyejukkan. Jangan saling membenci antar sesama. Jangan hancurkan kerukunan dan toleransi yang bertahun-tahun telah terjaga dengan baik.

Dan jangan gunakan ajang pilkada dan pilpres, hanya untuk merebut kepentingan kelompok dengan tidak mempedulikan kepentingan yang lebih besar. Sekali lagi, mari sama-sama belajar dan saling mengingatkan. Salam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun