Mohon tunggu...
budi prakoso
budi prakoso Mohon Tunggu... Wiraswasta - mari jaga kesehatan

seorang yang gemar berolahraga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Membersihkan Radikalisme di Kalangan Kampus

21 Oktober 2017   06:19 Diperbarui: 21 Oktober 2017   09:46 1172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kampus Tolak Radikalisme - http://www.netralnews.com

Kampus-kampus di Indonesia, nampaknya harus benar-benar meningkatkan kewaspadaan. Penyusupan radikalisme dikalangan kampus, semakin hari semakin masif terjadi. Ideologi radikal yang mengedepankan kekerasan, kini sudah mulai disebarkan oleh siapa saja, dengan cara yang tidak biasa. Masuknya radikalisme di kampus-kampus, diperkirakan terjadi setelah era reformasi. Mahasiswa yang kritis, mempelajari ilmu apapun untuk dijadikan pisau analisa. Namun pisau analisa itu kemudian mengendur, jika dibenturkan dengan hal-hal yang sifatnya keagamaan.

HTI dikenal aktif merekrut mahasiswa di kampus-kampus. Meski organisasi ini akan dibubarkan oleh pemerintah, penganut ideologi ini tentu tidak akan diam. Organisasi boleh tidak ada, tetapi ideologi tetap ada. Begitu juga ketika maraknya anggota NII yang merekrut mahasiswa di kampus-kampus. Keduanya memang saling berbeda. Namun keduanya memiliki irisan yang sama. Yaitu negara dianggap sebagai thogut. Karena itulah harus diganti dengan istilah khilafah ataupun negara Islam. Lalu, organisasi semacam ini apakah masih bergerak di kampus? Menjadi tugas perguruan tinggi atau pemerintah untuk menanggulanginya.

Akhir-akhir ini, rektor dan perguruan tinggi seringkali mengadakan acara deklarasi anti radikalisme. Acara ini dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa kampus secara tegas menolak radikalisme. Komitmen ini harus diimplementasikan di dalam kampus. Karena kelompok radikal ini pasti akan menyesuaikan perkembangan di dalam kampus, untuk bisa menyebarluaskan paham radikalisme. Lalu, kenapa kita harus menolak radikalisme yang mengatasnamakan keagamaan ini? 

Mahasiswa atau mahasiswa yang terpapar radikalisme, memang tidak melakukan tindakan teror. Mereka juga tidak merakit bom dan segala macamnya. Namun mereka berpotensi melakukan tindakan intoleran. Tindakan yang didasarkan atas kebencian, atau merasa benar sendiri. Perbedaan agama menjadi persoalan yang serius. Padahal Indonesia dibangun diatas semngat keberagaman.

Selain berpotensi menjadi intoleran, mereka juga berpotensi melakukan tindakan teror. Ketika mereka melakukan tindakan teror itulah, mereka bisa disebut sebagai teroris. Banyak contoh mahasiswa yang terpapar radikalisme di dalam kampus, akhirnya memilih bergabung dengan ISIS di Suriah. Jika mereka tidak cukup dana untuk kesana, mereka berpotensi melakukan tindakan teror di dalam negeri. Kalau sudah ada kejadian bom, jangan sampai semua orang seperti kebakaran jenggot, saling menyalahkan, dan tidak ada solusi. Untuk itulah, perlu upaya pencegahan dini agar radikalisme keagamaan itu tidak bisa menyusup di dalam kampus.

Pada perkembangannya, paham radikalisme sering menjangkiti kampus-kampus umum. Namun belakangan kampus berbasis agama pun tidak luput jadi sasaran. Kampus apapun, negeri atau swasta harus steril dari paham radikal. Para mahasiswa dan mahasiswi, juga harus membekali diri dengan ilmu pengetahuan dan pemahaman agama yang benar. Kendalikan semangat kebebasan untuk mempelajari hal-hal yang sifatnya baru. Gunakan logika yang telah diberikan Tuhan, untuk berpikir secara jernih. Begitu juga dengan para dosen, harus memberikan ajaran yang benar. Karena ada juga dosen-dosen yang terjangkiti virus radikal ini.

Oleh karena itulah, menjadi tugas kita bersama untuk menjaga kampus dari ajaran radikalisme. Orang tua juga harus mengawasi anak-anaknya. Para rektor juga harus turun ke bawah, jika ada mahasiswa dan dosen yang terbukti menyebarkan virus kekerasan ini, harus segera diberi peringatan. Jika tetap tidak mau berubah, harus ada tindakan tegas seperti pemecatan. Hal ini penting agar ada efek jera, bagi pihak-pihak yang sengaja mengotori kampus.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun