Mohon tunggu...
Budi Kurniawan
Budi Kurniawan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas Lampung

Pemerhati ekonomi-politik dan kebijakan publik, meraih gelar master public policy dari The Australian National University

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Belajar dari Pendidikan Dasar di United Kingdom

26 April 2017   19:00 Diperbarui: 28 April 2017   14:33 1594
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sekolah di UK, berbeda dengan di Indonesia, sekolah di UK sangat ringan bagi anak. PR relatif jarang, guru tidak dikejar target kurikulum dan suasana kelas yang nyaman dan tidak ada lagi sistem belajar HAPALAN. Di Indonesia belajar cenderung teoritis tanpa pernah ada praktik nyatanya sehingga membuat siswa lebih paham. Misal untuk belajar tentang sistem pencernaan anak praktikum membuat feses. Untuk membuktikan bahaya minuman pada gigi maka dilakukan experimen pada kulit telur. Untuk menjelaskan tentang hewan di laut, selain belajar 'teori' anak2 disuruh membuat kreatifitas berupa membuat aquarium dan tentu saja membuat tulisan semacam essay tentang ikan2. Belajar volcano juga membuat simulasi gunung berapi plus berkunjung ke museum mineralogi. Mengarang lebih ditekankan disini ketimbang tata bahasa. imajinasi anak memang benar-benad dikembangkan, jd inget kata Einstein imgination is more important than knowledge. Abang Fatih, anak saya yang pertama, yang mempunyai imajinasi tinggi, suka menghayal dan bicara sendiri justru dipuji di sini. Di Indonesia pernah oleh guru SD nya disuruh ruqyah karena dianggap kemasukan JIN :) hehe..

Membaca sangat dirangsang, setiap minggu anak diberi pinjaman buku biasanyanya novel untuk yg advance atau buku cerita sederhana untuk yg basic. Inilah alasan kemudian mengapa negara maju membaca di waktu senggang adalah sebuah kebiasaan. Anak-anak saya jika di dalam Bus lebih senang membaca, sebelum tidur juga mengisi waktu dengan membaca.

Reward ke anak tidak melulu academic ttp kebanyakan ke karakter builiding, satu semester sekolah di sini Cacah, anak yang kedua dan Abang sudah dapat dua piagam. Piagam lunch time award karena bisa manajemen waktu dengan baik, dan teacher award, karena belajar penuh gairah dan curiosity.

Di sini benar-benar sangat dialogis, anak-anak tidak takut bertanya dan mengkritik, crtical thinking yang sudah dibangun sejak dini. Curiosity dan critical thinking yang dirangsang di sekolah ini berlanjut ke rumah, tanpa ditanya anak akan belajar sendiri bertanya ke ortu atau browshing di google ttg apa yang dikatakan guru di sekolah.

Belajar grammar tentu ada, dan biasanya pelajaran yang tidak disukai bahkan sama native speaker sekalipun, tetapi tenang belajarnya lebih banyak fokus ke writing daripada hapalan rumus2 past tense dkk.

Kalau di Indonesia pernaha ada ujian dengan pertanyaan seperti : "apa yang dimaksud dengan KTP ?" Dan biasanya harus sama dengan buku, model belajar yang reproduktif alias mereproduksi kata buku atau kata guru itu sangat parah di Indonesia bahkan sampai pendidikan tinggi (curhat sebagai dosen hehe ). Di sini siswa dilatih sendiri untuk mendifinisikan secara sederhana sesuai imajinasi anak. sama persis dengan apa jawaban Ranco ttg "apa yg dimaksud dengan mesin ? " di film 3 idiots. Soal seni di sini sangat dihargai, orang tua diundang untuk pameran karya anak.

Olahraga juga sifatnya tematik tergantung kelas. Untuk kelas 4 seperti Abang, fokusnya ke renang. Setiap kamis abang berenang.

Suasana kelas pun diisi murid sekitar 25 dengan guru 3 orang yang masuk bersamaan. Kelas 1 dan 2 digabung dan seterusnya, menggunakan sistem mix class. Ketika anak tahun pertama dan tahun kedua digabung maka ada pelajaran kepemimpinan disini. Di sini juga ada forrest school, belajar di hutan seperti camping lengkap dengan minum coklat hangatnya. Pulang forrest school biasanya baju si Cacah penuh kotoran lumpur

:D

Disini juga ada sistem inclusive education dimana anak2 berkebutuhan khusus justru digabunh dengan siswa yang normal dengan guru yang khusus pula setiap anak. ini agar mereka tidak mengalami diskriminasi, karena every child is special.

Di sini juga ada yang bandel lho, tetapi teratment terhdap mereka benar-benar keren. ada sistem kartu kuning dan merah persis seperti sepakbola. Kalau dapat kartu merah, siap2 ortu dipanggil. Uniknya anak yang tidak suka belajar di kelas dan lebih suka bermain agar tidak menganggu yang lain punya waktu khusus choosing time istilahnya. Choosing time itu anak bebas melakukan apa saja kegiatan di luar misal bermain sepakbola bersama teman yang dia pilih. Semakin anak "bandel' ini baik maka semakin banyak choosing time nya sebaliknya kalau berbuat bandel maka semakin berkurang choosing timenya.

Belajar agama juga ada. Tetapi semua agama dipelajari guna untuk mendidik toleransi, bukan untuk menghakimi agama yang berbeda. Guru yang berjilbab pun ada disini. Pernah suatu hari abang bertanya tentang Budha misalnya, tentang guru Nanak. Nah kemudian disinilah peran orang tua, saya misalnya bisa dengan mudah menjelaskan konsep Tauhid Islam dan membandingkannya dengan agama lain. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun