Mohon tunggu...
Budhi Rahardjo
Budhi Rahardjo Mohon Tunggu... Lainnya - Rakyat Biasa

Becik Ketitik, Olo Kethoro Sing Salah Bakal Seleh

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

"Golet Rai" Samakah dengan Penjilat?

7 Mei 2021   09:01 Diperbarui: 7 Mei 2021   09:07 1020
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto ilustrasi : Mencari Muka, credit: geotimes.id

Pemalang -- Setelah  9 Desember 2020 sore, selesai coblosan dalam Pilkada serentak 2020. Ungkapan "cari muka " atau bahasa daerah Pemalangan yang beredar "golet rai"  merebak di masyarakat Pemalang.

Banyak para pejabat maupun masyarakat umum yang berkepentingan di Kabupaten Pemalang  berusaha golet rai atau cari muka. Beberapa guyonan pun beredar, "memangnya mukanya hilang?". Cari muka, golet rai sebenarnya sebangun dan sejenis penjilat. Dimana ada yang manis disitu akan ada penjilatan.

Penjilat, golet rai, cari muka sudah ada sejak dulu kala. Dalam berbagai bahasan mengenai penjilat kebanyakan disajikan nukilan cerita Abu Nawas di kala pemerintahan khalifah Harun Al Rasyid.

Diceritakan, dalam https://www.dongengceritarakyat.com/dongeng-cerita-abu-nawas-1001-malam/ Suatu hari Abu Nawas diundang Khalifah Harun al Rasyid untuk mengikuti pertemuan di istana yang para menterinya buruk kinerja dan cenderung penjilat. Sebelum pertemuan laksanakan, Abu Nawas dipanggil menghadap sultan. Wahai Abu Nawas maukah kau aku beri tugas?" tanya Khalifah. Abu Nawas menyatakan kesediaannya. "Apa hukumannya kalau kau gagal dalam melaksanakan tugas?" desak Khalifah. "Aku siap dihukum 10 kali cambukan," ujar Abu Nawas.

Khalifah pun memerintahkan para dayangnya untuk mempersiapkan pakaian ala istana kepada Abu Nawas. Pertemuan dilakukan esok harinya. Abu Nawas muncul di tengah pertemuan dengan berpakaian ala istana, kecuali pecinya yang kumal dan lusuh. Wahai Abu Nawas, mengapa di acara terhormat seperti ini kau pakai peci kumal?" tegur Khalifah.

 "Asal tahu saja Khalifah, peci yang saya pakai ini wasiat dari ayahku. Bagi siapa yang tidak pernah maksiat, ia akan mampu membuka peci ini dan merasakan harumnya bau surga," ujarnya. Sang Khalifah pun memerintahkan menteri di sebelah kanannya untuk membuka peci Abu Nawas.

Menteri itu segera memenuhi perintah Khalifah dan membukanya dengan perasaan gemetar. Tak ada bau surga di dalam peci itu kecuali bau busuk yang menyengat. Tapi, menteri menutupi kebohongannya dan berpura-pura di hadapan Khalifah.

"Benar Tuan, bau surga di peci itu harum sekali," ujarnya. Khalifah manggut-manggut percaya. Tidak cukup dengan pengakuan sang menteri ini, Khalifah Harun al Rasyid memerintahkan menteri yang duduk di sebelah kiri untuk melakukan hal serupa. Ia juga tak mencium bau harum surga, sebaliknya malah bau busuk yang menyengat. Tapi, ia juga berpura-pura dan mengatakan bahwa baunya harum sekali.

Makin bertambah penasaran sangat Khalifah. Lalu ia sendiri berusaha membuka peci Abu Nawas. Namun, tak lama setelah membukanya, Khalifah langsung melepaskannya. Ia marah kepada Abu Nawas dan kedua menterinya yang tak jujur. Ia pun memerintahkan kedua menterinya itu dipecat. Abu Nawas, karena berbohong, dihukum dengan 10 kali cambukan.

Dalam kisah ini dimana kelucuan dan kekonyolan Abu Nawas mampu membongkar kebohongan para menteri Harun al Rasyid. Para menteri untuk menyenangkan atasannya mampu berbohong atas kenyataan yang sebenarnya.

Cerita cari muka, memang sudah ada sejak jaman dahulu kala. Sebangun dengan cari muka namanya penjilat. Usianya juga sudah tua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun