Mohon tunggu...
Sophie Love
Sophie Love Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu Rumahtangga

part time wife, full time mum. belajar menulis untuk menjaga keseimbangan

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Menulis Itu Gampang!

8 Maret 2013   08:08 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:07 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Itu judul sebuah buku saku, yang kubeli entah berapa tahun lalu, saat berniat untuk serius menulis. Buku, yang bersama beberapa buku lain sejenis, sayangnya tidak sempat kubaca, hanya menjadi penunggu rak buku, terselip diantara Harry Potter dan Coelho yang malah dibaca bolak balik, seperti kitab suci.

Jadi, niat menulisku, ya tetap hanya niat. Percikan ide hanya tercecer kesana kemari, di status facebook, di email-email panjang ke teman – teman terdekat, dan yang terbanyak, hanya bermain-main di dalam kepala, kemudian terlupa. Belakangan, beberapa teman sekampus satu persatu menerbitkan karya. Membaca mereka, aku jadi panas lagi, terlebih mereka-mereka ini memang ‘niat’ untuk manas-manasin temannya yang punya 1001 alasan untuk TIDAK menulis ini.

Nah, sebagai seorang pemula, ini trik ku dalam memaksa diri untuk menulis. Karena, walaupun aku percaya yang namanya writer’s block itu adalah mitos, tetap saja butuh usaha untuk membebaskan jiwa penulis yang terpenjara.

#1. Tulis tentang diri sendiri. Kisah kelahiran, kenakalan masa kecil, pacar pertama, daftarnya bisa panjang sekali. Karena diri sendiri, mau tidak mau, adalah topik yang paling kita kuasai. Jadi, sebagai pemula, ya aku menulis tentang diriku sendiri. Aku bahkan membuatnya dalam bentuk 25 hal acak tentang diriku (25 random things about me), ide yang kudapat dari postingan seorang kenalan di facebook.

#2. Curhatan teman. Mungkin karena sempat - meminjam istilah yang dipakai Deddy Corbuzer- , ‘berobat jalan’ ke fakultas Psikologi, atau memang sifat alamiku suka dicurhati, banyak teman memilih curhatalias konsultasi gratis, mulai dari masalah asmara, pekerjaan, sampai rumahtangga dan anak. Bertahun – tahun mendengar curahan hati orang lain, membuat banyak skenario di dalam kepala. Ini sumber yang kaya untuk ditulis. Tentu, sedapat mungkin diacak tokoh dan jalan cerita, agar tidak menimbulkan pelanggaran hak pribadi dan merusak kepercayaan yang sudah diberikan teman si pelaku curhat.

#3. Kenali kebiasaan buruk, siasati. Tentu yang kumaksud disini adalah kebiasaan buruk dalam menulis. Buatku, itu adalah sulitnya untuk fokus. Begitu di depan komputer, buka aplikasi word, segera saja aku disibukkan dengan pilihan-pilihan font yang bentuknya menggoda. Mencoba satu persatu, dan tiba-tiba saja, minat menulis raib. Atau, pengganggu lain: internet. Mulai dari facebook, tempatku bergaul, pinterest, tempatku menghayal, sampai ke situs-situs berita dan gosip selebriti, yang biasanya, jika tidak sedang berniat menulis, ya tidak menarik perhatianku. Trikku adalah, begtu berniat menulis, koneksi internet kuputuskan sementara. Jadi cukup hanya bermain di aplikasi word atau notepad.

#4. Manfaatin gadget. Jangan hanya terpaku pada komputer atau laptop. Tablet, smartphone, bahkan kertas post it bisa dimanfaatkan untuk mencatat ide yang tiba-tiba muncul. Buatku, yang paling sering kupakai adalah aplikasi notepad di Blackberry. Beberapa kali terjadi, , dari tulisan-tulisan sebaris yang diketik sambil lalu, setelah diolah di kemudian hari, jadi sebentuk karya berupa puisi.

#5. Catat Mimpi. Terus terang, setelah punya bayi, dan merasa tidak aman meletakkan notes, pensil atau bahkan handphone di bawah bantal, seperti kebiasaan di masa lajang, mencatat mimpi sudah sangat jarang kulakukan. Selain itu, setiap malam, seperti umumnya ibu yang punya bayi usia di bawah setahun, tidur tidak sempat bermimpi, sudah terbangun lagi. Tapi, seandainya memungkinkan, mimpi adalah sumber skenario yang luas juga, karena sifatnya yang tidak mengenal dimensi ruang dan waktu.

#6. Buka kamus. Mungkin ini terdengar aneh, tapi aku pecinta kamus. Mulai dari kamus standar bahasa Inggris versi Hasan- Sadily, kamus slang khas Australia, kamus Inggris versi Oxford, kamus Perancis yang setebal bantal, kamus Hindi. Satu yang sampai sekarang belum kesampaian kukoleksi, justru kamus besar bahasa Indonesia WJS Poerwadarminta. Kadang, aku membaca satu kata, contohnya “blatant” yang artinya blak-blakan, tiba-tiba saja aku dapat ide untuk menulis tentang seorang gadis yang sedang patah hati, saat kisah cinta terlarangnya, kandas,dan curhat ke sahabatya yang bukannya menghibur malah membombardir dengan komentar-komentar pedas yang ‘blatant’ dan justru malah menyadarkan si gadis untuk menghapus airmatanya, dan merubah perspektif.

#7. Lirik Lagu. Bisa dibilang, lirik lagu adalah salah satu sumber khayalanku terbesar. Tentu saja llirik lagu yang maknanya masih samar-samar, bukan yang ceritanya terbaca jelas, seperti lagu Surti dan Tejo dari Jamrud Band.Contoh lagu kebangsaan dalam menghayal buatku adalah Just for you, dari Richard Cocciante. Selalu cerita yang berbeda, terbayang jika mendengar lagu tersebut. Selain itu, lagu bisa membawa ingatan melayang pada kenangan tertentu, yang dapat dijadikan ide cerita juga.

#8. Ganti – ganti bentuk tulisan. Jika pikiran mendadak buntu saat sedang mengerjakan satu proyek, cerita pendek misalnya, aku biasanya langsung mengganti bentuk. Apakah puisi, walaupun hanya draft, quotation, bahkan one liner. Kalau benar-benar buntu, kadang aku hanya menuliskan serangkaian kata acak, sekedar mengalihkan pikiran dari cerpen yang sedang dibuat. Hanya perlu diwaspadai adalah jangan sampai pada saat buntu, malah buka – buka internet. Buatku, #3 yang akan terjadi. Hilang fokus.

#9.Ciptain waktu khusus. Karena ada bayi dan tanpa asisten, maupun nanny, waktuku menulis adalah saat Xavier tidur. Semua kegiatan rumahtangga lain, dapat menunggu. Karena, memasak, mencuci piring, melipat cucian, semua bisa dilakukan sambil mengawasi bayi bermain. Tetapi, menulis, yang butuh konsentrasi penuh, tidak bisa. Jadi, sedapat mungkin, walaupun hanya maksimal satu jam sehari, aku usahakan mencuri waktu untuk menuangkan ide.

#10. Kompasiana. Walaupun sudah sering membaca tulisan-tulisan di Kompasiana beberapa tahun yang lalu, aku baru mulai bergabung kurang dari sebulan. Ceritanya, dulu aku terobsesi punya website pribadi, tempat menampung semua tulisanku. Tapi, setelah hampir 10 tahun mencoba, berganti - ganti website, mulai dari yang gratis, hingga yang tidak, tetap saja aku tak konsisten menulis. Berbagai alasan basi; bosan dengan tampilan website, lupa password, hingga jenuh karena tak ada pengunjung. Kuakui, melihat tulisanku dibaca, bahkan dikomentari oleh orang-orang yang tak kukenal, seperti bahan bakar yang menyalakan mesin ide di kepalaku. Tiba-tiba saja, segala macam hal tampak menarik untuk ditulis. Soal mutu tulisan, kupikir itu terkait erat dengan jam terbang dan kemauan belajar. Yang penting, menulis dulu, sambil belajar dari sesama penulis di Kompasiana.

Itu caraku membebaskan ‘narapidana pena’. Bagaimana caramu?

Waidhan, India. 080313

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun