Mohon tunggu...
buanergis muryono
buanergis muryono Mohon Tunggu... lainnya -

buanergis muryono adalah seniman. guru besar sanggar mariska oka agency; konsultan seni & budaya; wali budaya nusantara Istana Wong Sintinx KUNJUNGI: www.sanggarmariska.webs.com, Sanggar Mariska, SANGGAR MARISKA GRUP, SANDIWARA RADIO COMMUNITY

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Sumpah Ken Arok

26 Februari 2012   13:30 Diperbarui: 25 Juni 2015   09:04 469
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

sudut Bojonegoro

tanpa sadar langkahku sampai ke perapian Mpu Gandring membuat keris dan pusaka sakti lainnya. Di sisi bukit yang sunyi, subur dengan aneka tanaman dan tetumbuhan, api itu terus menyala. Biru hijau menguning sampai bara pada sumbunya. Di sebelah timur sumbu perapian terdapat terakota ukuran 17 kali 30 cm, berarti merujuk pada abad VI dengan spesifikasi batu terakota yang mewarnai ciri-ciri sezaman candi-candi Jawa Timur. Tiga puluh meter sebelah barat perapian terdapat Wlirang Tirto di mana aku masuk ke dalamnya, merendam diri dan mereguk airnya untuk menambah kesegaran, kebugaran dan kewaskitaan. Hanya sebelas menit agar mendapat piwelasing Kang Murbehing Dumadi. Dua dara jelita yang memanggilku berendam, memandikan dan menjamasku enggan menyebutkan namanya, keduanya jelita, keduanya mengenakan sutera putih, berambut panjang dan selalu tersenyum. "Kami senang Panjenengan rawuh dan kerso pinarak!" Usai dimandikan dan dijamas kedua puteri jelita itu, aku dibawa ke sebuah peristihatan, di mana tempat itu melewati tanah lapang wiraga, konon sebagai tempat para ksatria menguji senjata hasil tempaan Mpu di perapian Khayangan Api. Barak-barak peristirahatan itu untuk tempat merebahkan badan para ksatria dan tamu yang ingin menginap atau kemalaman di Khayangan Api. "Panjenengan saged lumampah saking Gunung Pandan, punika lelampah saderengipun dumugi Khayangan Api. Kedah reresik mlebet Wening Tirta wetanipun sumber agni." Begitulah aku mengikuti langkah dua Dewi Jelita yang kemudian kukenal sebagai Dewi Sriwulan dan Dewi Siti Sundari. Aku diminta menyampaikan pesan kepada penjabat setempat agar membersihkan tempat tersebut sampai Gunung Pandan sebagai pintu gerbang utama menuju Khayangan Api dengan bangunan pundan berundak diapit kanan-kiri undagan tersebut Candi Bentar setiap dua puluh langkah. Kulanjutkan menuju Atas Angin, di mana kata Sang Dewi Sriwulan, tempat tersebut merupakan wilayah peristirahatan Ken Arok yang pernah bersumpah untuk menjadi rajadiraja. Namun, sampai di Atas Angin petilasan tersebut sudah diporak-porandakan para penjarah. Batu Atas Angin tempat duduk Gusti Aji pun sudah dibongkar dan dipindahkan entah ke mana. Juga Ritma Begawan Gusti Aji sudah dipugar untuk disimpan secara pribadi oleh keturunannya. Aku meninggalkan Atas Angin memutari Gunung Pandan. Sejalan dengan tapak-tapak Ken Arok, berhenti di sendang menikmati dingin air sumber pegunungan Pandan. Seorang penduduk menyuguhkan jagung bakar, juga daging kambing panggang, plus kopi susu hangat manis sekali, secentong nasi sambal bawang merah cabai nan mantap. Mereka tidak membicarakan Ken Arok, tetapi terus menatap rambut, kumis, jenggot panjangku yang sudah dihiasi warna krem, putih coklat kelabu tanda kucapai masa-masa empat puluhan tahun berlalu. Di sendang Gunung Pandan ini... aku melihat nyala, kobaran tekad Ken Arok untuk terus menjalankan niatnya mencapai cita-cita dan keinginannya. Kisahnya terurai di Pararton seperti novel yang butuh pengkajian ilmiah. Namun inilah sisi spirit rohani yang kutangkap dari perjalanan napak tilas bersama Dewi Sriwulan dan Dewi Siti Sundari. Sumpah Ken Arok dan semangatnya, semoga tertanam di jiwa para generasi muda, namun jangan meniru tabiat buruknya, yang selalu menginginkan... isteri tetangga.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun