Mohon tunggu...
Fiksiana

Cerita di Ujung Kedai Tongkrongan Kita

12 November 2017   06:01 Diperbarui: 12 November 2017   08:20 627
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Malam itu dikedai yang tidak terlalu besar namun cukup untuk menampung banyak orang, yah walaupun sedikit umpel-umpelan aku menoleh kekanan kiri (celingak celinguk) mencari beberapa orang. Sedetik kemudian ada lambaian tangan dari arah belakang yang aku sendiri tak melihat siapa pemilik tangan tersebut. Kucoba melihat dengan seksama sekali lagi dan ternyata dia adalah teman ku si kacamata yang telah berkumpul dengan teman seperjuangan penjelajahanku.

Kenapa sering dipanggil si kacamata? Bukan karena saat ini dia mengenakan kacamata, namun sebenarnya sebelum ada suatu kejadian,  dia menggunakan kacamata kecil berbentuk kotak. Karena acara penjelajahan yang menurutku seperti penjajahan itu, dia kehilangan kaca mata tersebut. Hingga saat ini apapun yang dibahasnya akan berakhir pada kacamatanya yang hilang itu. Hehehehe sejenak aku tertawa karena teringat kejadian hilangnya kaca mata tersebut. Diwaktu itu kita sedang parah-parahnya dijajah. Saking takutnya, disuruh masuk kedalam sungai sambil push up pun kita hanya iya iya saja.  Pada waktu itulah kaca matanya hilang karena hanya ia taruh di saku, sebenarnya dia sudah tau jika pasti kaca mata tersebut jatuh dalam air, yah namanya juga penjajahan, kok mau mencari kacamata, mau berdiripun jadi lupa caranya hehehe.

Aku duduk berada tepat didepan teman laki-lakiku yang sering dijuluki pembuat onar. Menurutku memang cocok sih, dia itu terlalu usil. saking usilnya kita sering punya masalah gara-gara dia, tapi anehnya kita malah suka tertawa karena tingkahnya. Hal yang menurutku paling aneh yaitu pada waktu kita makan bersama di tengah hutan. Dengan badan yang basah kuyup dan kelaparan, pada pagi buta itu muncullah ide untuk memasak mie instant. Persiapan peralatan masakpun kami keluarkan dan cepat-cepat memasak mie yang sudah basah karena tas kita habis direndam dalam air. Dengan susah payah mie itu pun akhirnya matang, walaupun aku tidak yakin apakah benar-benar matang atau hanya sekedar mengembang.

Persiapan pun telah usai, kita mulai bergerombol disamping nasi yang diatasnya berjejer mie kuah, namun kita masih menunggu satu teman kita yang masih berhajat di pinggir sungai. Disitu mulailah keusilan dia, mie rebus telah ditata diatas plastik merah yang telah disobek dan diletakkan diatas perlak, sehingga kuahpun mulai berceceran diatas plastik. Pada saat itu pula kita dalam keadaan basah kuyup, air dari badanpun membentuk genangan di atas perlak hingga bersebelahan dengan mie tersebut.

Melihat teman-teman yang tidak sabar menyantap telah meminum kuah mie, dia berkata "waaah kayaknya mie ini kuahnya enak deeeh kok sampek semua udah minum kuahnya. Padahal temen kita masih dipinggir kali looh" mungkin dia merasa ingin meminum  kuah mie juga, namun enggan karena masih ada satu teman yang belum datang.

Parahnya dia melihat kubangan air yang berada di samping makanan, "lahhh ini kuahnya nggenang disini, gimana niih, aku tuangin ke mienya lagi yaa"
seketika semua yang sudah siap makan menjerit padanya "jorooook". Namanya juga pembuat onar. Apa perduli dia, seketika tangannya dia celupkan kegenangan yang memang hampir sama warnanya dengan kuah mie tersebut dan memercikkan kearah mie kita yang berharga kita. Seketika akupun mulai berteriak-teriak kepadanya saking geramnya dan teman-teman yang lain langsung lemas hingga  akhirnya hanya pasrah karena sudah terlanjur. Dia tertawa dengan senangnya layaknya chef yang sedang memberikan resep jitu dimasakannya.

Diakhir cerita, kita tetap memakan mie ala genangan tersebut. Meskipun sebenarnya nggan, tapi rasa lapar dan dingin membuat kita semakin beringas hingga lupa bahwa makanan tersebut sangat berfaedah *hiks*
Kali inipun dia juga super aneh karena memesan dua minum sekaligus yaitu es josua dan kopi hitam. Ada yang tau apakah ada kaitanyya antara kedua menuman tersebut? Hehehe

Tak lama kemudian datanglah si cupu yang tetap tersenyum dalam keadaan apapun itu. Bayangkan saja, dalam keadaan lelah, letih, maupun susah sekalipun wajahnya tetap cemerlang seperti pembersih kaca cl*ng. mungkin karena gemes, kita sering mengusilinya dengan berbagai cara, tapi jangan berharap raut wajahnya akan berubah. Karena itu hampir bisa dibilang mustahil. Lalu kenapa dia terkenal dengan cupu? Walaupun dia selalu terlihat tegar, dengan postur tubuh yang kecil bagi ukuran laki-laki tersebut dia terlihat imut. Sifat selalu tersenyumnya yang tegar itu menjadi tertutup oleh kepolosan wajahnya yang seperti anak-anak.

"kak ini looh minumannya, kok bengong aja dari tadi" seketika lamunanku mulai meredam ketika si usil menepuk pundakku.
"wahhh jangan-jangan lagi mikirin kakak yang jadi keamanan waktu penjelajahan kemarin ya?" sahut sikacamata tidak mau kalah.
"enak aja, mana mungkiiin" sahutku mulai nyolot

"hayoo ngaku ajaaaa.. hahahaha" semua ikut tertawa karena memang sengaja menjahiliku dengan kakak keamanan itu. Yah karena apa lagi jika bukan karena tampangnya yang hitam legam dan selalu garang tanpa ampun pada kita. Dibalik senyuman-senyuman tersebut aku tahu, jika benar aku bersama kakak keamanan itu, mereka akhirnya tak akan rela aku bersamanya. Melihat tampangnya saja sudah menakutkan hehehe.

Diujung kedai ini kita terus saling bercerita, mencoba memberikan dukungan antara satu sama lain  karena disini kita melangkah bersama dan membuat cerita bersama. Itulah temanku, teman seperjuanganku yang memang aneh dan tak terencanakan.

Untuk teman seperjuanganku. 

Brylliana,  10 November 2017

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun