Mohon tunggu...
Bryan Eduardus
Bryan Eduardus Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa

Warga Negara yang Bersuara Lewat Kata-Kata! | https://telemisi.blogspot.co.id

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mari Berlomba Menjadi Kreator Konten Positif!

20 Juli 2018   22:44 Diperbarui: 21 Juli 2018   10:11 2097
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bryan E. C. Hardi (pexels.com)

Mengetahui adanya sebuah video sensasi, di tonton! Sehabis menonton, dislike, memberi komen negatif, hina di Twitter, sebar di berbagai grup WhatsApp! Ya, itulah peran saya dalam mengawasi kualitas konten agar semakin banyak orang yang tahu kalau sebuah konten buruk!

Banyak diantara kita yang mungkin sering melakukan hal itu. Kita memang berhak berkomentar disaat kita merasa bahwa konten yang ditawarkan tidak berkualitas. Namun seiring dengan berkembangnya zaman dan teknologi, tindakan tersebut bukanlah sesuatu yang bijak dilakukan.

Teknologi telah memampukan kita untuk berkreasi. Berbagai platform yang ada juga sudah sangat memudahkan kita sehingga saat ini adalah saatnya bagi kita untuk terjun, dan mulai berkarya!

Setelah mulai membuat karya, kita mungkin baru akan memiliki gambaran mengapa ada karya yang menurut kita tidak berkualitas. Ya, karena karya semacam itu cenderung laris. Hal ini seringkali membuat para pereka cipta terlalu fokus dengan kuantitas konsumen, bukan kualitas.

Apakah menjadi pembuat konten positif tidak akan digemari? Tidak! Harus kita yakini bahwa tidak sedikit masyarakat yang sudah cukup cerdas dalam memilah apa yang mereka konsumsi.

Lalu, apakah menjadi seorang konten kreator yang positif hanya bisa kita lakukan melalui platform besar seperti YouTube ataupun Blogger? Tidak juga! Kreator merupakan seseorang yang mencipta, tidak ada patokan besarannya. Dari pembuat seorang pembuat kue hingga pembuat masalah, mereka adalah kreator! Hanya saja, ada kreator yang positif dan ada juga yang negatif.

Ini merupakan kabar baik dan buruk secara bersamaan. Kabar baiknya, kita tidak perlu memiliki sejumlah besar pengikut agar mampu mulai menjadi kreator. Kabar buruknya, kita tidak bisa menjadikan ini sebuah alasan untuk menunda-munda! Buruk karena tidak bisa dipungkiri kalau kita pasti seringkali menjadikan banyak hal sebagai alasan agar kita tidak harus melakukan sesuatu. Kita cenderung malas untuk keluar dari zona nyaman, dan mengambil tantangan baru.

Konten positif itu harus mendidik? Tidak bisa menghibur? Bagi saya, kemasan dan isi memang merupakan dua bagian yang tidak bisa terpisahkan. Tetapi, isi yang sama mampu menjadi beda ketika kemasannya diubah. Sebut saja air mineral. Merek A dan B, sama-sama air mineral. Orang membelinya untuk diminum. Sangat sedikit orang membeli air mineral untuk mencuci mobil! Tetapi, ada berbagai bentuk kemasan dan stiker unik yang membedakan berbagai merek tersebut.

Mendidik atau tidak, bicara soal konten, isinya. Sementara berbagai bentuk kemasan merupakan cara kita membawakan konten positif tersebut yang dapat kita variasikan sesuai dengan target yang kita tuju. Konten yang sama tetapi dengan kemasan yang berbeda, mungkin dampaknya beda!

Konten positif tidak bicara soal pelajaran sekolah, filsafat, bahkan sejarah. Sekadar ajakan untuk berbuat baik juga dapat menjadi sebuah konten positif. Maka, konten positif sendiri dapat dibawakan dengan serius, maupun dengan santai. Hal ini dapat disesuaikan dengan karakter diri kita dan target yang ingin dituju. Agar mampu memberi dampak kepada orang lain, gunakan hal yang dekat dengan mereka. Bagi kalangan muda, adaptasikan apa yang dekat dengan mereka.

Mulai membuat konten juga akan membuat kita menjadi seorang pribadi yang lebih produktif. Ini akan membuat kita semakin menghargai waktu yang kita miliki untuk hal-hal yang positif pula.

Oke, sekarang apa yang bisa kita lakukan untuk mulai menjadi konten kreator yang positif?

Pertama, konsumsi hal-hal yang positif. Pola pikir kita diatur 3 gerbang utama, yang disingkat menjadi BTP yakni bacaan, tontonan, maupun pergaulan. Apa yang keluar dari diri kita merupakan hasil dari apa yang masuk ke dalam kita! Ingin menjadi kreator konten positif, hindari yang buruk.

Kedua, mulailah dari hal-hal kecil. Tidak harus memiliki kanal YouTube dengan jutaan pengikut baru bisa mulai membuat konten positif. Menjadi seorang kreator konten positif dapat dimulai dari obrolan di berbagai media komunikasi, cuitan yang kita buat, caption dan foto yang kita unggah. Kebiasaan untuk mulai membuat caption positif sendiri adalah modal yang sangat baik.

Setelah memulai dari hal-hal kecil, langkah selanjutnya adalah tetap konsisten. Tetap konsisten dalam membuat karya, tetapi tidak hanya sampai disitu, tetapi harus juga tetap konsisten dalam membuat karya yang positif. Jangan terpengaruh untuk berubah haluan karena berbagai aspek.

Di awal, mungkin kita akan merasa kemampuan kita untuk mempengaruhi kecil, cuitan atau konten yang kita buat tidak berpengaruh secara masif. Tenang, setiap konten kreator pasti pernah mengalami fase ini. Seseorang dengan pengikut 1 juta saat ini pun pasti tetap pernah berada pada fase hanya memiliki 10 orang pengikut. Kuncinya? Konsisten! Jangan mudah patah semangat!

Sekarang ini, marak istilah influencer. Kita kenal mereka sebagai orang-orang dengan jumlah pengikut tinggi yang dianggap memiliki kemampuan untuk mempengaruhi orang-orang. Tetapi buat saya, kalaupun pengikut kamu hanya 1000, ini tidak perlu menjadi masalah. Kamu tetap mampu menjadi seorang influencer! Influencer berasal dari kata influence, dampak! Jadi, tidak bicara soal jumlah pengikut yang mencapai jutaan, atau jumlah endorsement, ini bicara soal dampak! Sehingga, dengan 50 pengikut saja, kamu sudah mampu menjadi seorang influencer!

Menjadi seorang influencer bicara soal tanggung jawab. Jauh lebih baik untuk memberi konten positif bagi segelintir orang dibandingkan menawarkan konten sebaliknya bagi banyak orang! Tetapi, kita juga harus sadar kalau untuk menjadi seorang konten kreator yang sukses merupakan sebuah kompetisi. Hanya akan ada sebagian kecil yang sukses dan mencuat ke permukaan.

Disaat konten yang dikompetisikan merupakan konten yang bersifat positif, persaingannya juga harus secara positif. Ingin memenangkan persaingan ini? Caranya adalah dengan menjadi beda! Tawarkan sesuatu yang berbeda, bisa dari kemasan atau konten agar karyamu menjadi unik!

Dalam sebuah audisi kontes pencarian bakat menyanyi, seringkali ada peserta unik yang lucu, bahkan membawakan lagu ciptaan mereka sendiri, dengan suara yang sebenarnya biasa saja bahkan cenderung kurang. Tetapi, dia dikenal. Apa yang membuat dia dikenal? Karena dia beda!

Buatlah branding yang spesifik, bukan hanya di dunia digital tetapi juga di kehidupan sehari-hari. Tunjukkan juga karakter positif, agar bukan hanya karyamu yang menyebarkan isu positif, tetapi dirimu juga! Agar kamu tidak sekadar menjadi influencer di dunia maya, tetapi juga di dunia nyata!

Marilah kita berlomba secara sehat, dan menjadi kreator yang positif. Tampil beda dan tetap konsisten. Mulai membuat konten dari yang paling sederhana, jadilah warganet yang positif dan produktif! Kita tidak akan pernah tahu seberapa konten kita mampu memberi dampak bagi orang lain! #BryanECHardi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun