Dalam dunia kerja, tentunya kita tidak asing lagi dengan Job Analysis. Job Analysis adalah sebuah proses untuk mengidentifikasikan dan menentukan secara rinci tugas dan persyaratan pekerjaan tertentu serta kepentingan yang berkaitan dengan tugas-tugas pada jabatan atau pekerjaan tertentu. Job Analysis sangat berguna untuk proses rekrutmen dan seleksi, mengevaluasi kinerja karyawan, pelatihan dan pengembangkan karyawan, serta penentuan kompensasi.Â
Job Analysis disusun oleh orang yang sudah ahli di posisi jabatan tertentu, Job Analysis ini sangat berguna untuk karyawan baru yang menempati posisi tersebut agar mereka memiliki gambaran dan hal-hal apa saja yang harus dipenuhi untuk menempati posisi tersebut.Â
Michael T.Brannick, dkk (2020) menjelaskan terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk menyusun Job Analysis yang terdiri dari Threshold Traits Analysis (TTA), Ability Requirements Scales (ARS), Position Analysis Questionnaire (PAQ), Critical Incident Technique (CIT), Task Inventory (TI), Functional Job Analysis (FJA), Job Elements Method (JEM). Metode-metode tersebut disesuaikan dengan apa yang akan kita buat dalam Job Analysis, karena masing-masing metode memiliki tingkat keefektifannya tersendiri. Misalnya Critical Incident Technique dipandang paling efektif untuk mengembangkan materi penilaian kinerja.
Levine, Thomas, dan Sistrunk (1988, p.348) menjelaskan bahwa ada 11 hal yang harus diperhatikan dalam memilih metode Job Analysis :
1. Operational statusÂ
Apakah metode tersebut telah diuji dan cukup disempurnakan untuk digunakan saat ini?
2. Of -the-shelf availability
Apakah metode ini siap digunakan, atau harus didesain ulang atau disesuaikan terlebih dahulu dengan pekerjaan tertentu yang sedang dianalisis?
3. Occupational versatility/suitability
Apakah metode tersebut cocok untuk menganalisis berbagai pekerjaan, atau setidaknya berbagai jenis pekerjaan yang ingin dianalisis?
4. Standardization